Novel Jambi, “Pemburu Emas” – By Monas Junior

Novel Jambi "Pemburu Emas" Legenda Bermula by Monas Junior
Novel Jambi "Pemburu Emas" Legenda Bermula by Monas Junior

Wajahku memucat. Aku tahu itu. Soalnya wajahku terasa kaku, keringat dingin mulai berjatuhan di sana-sini bagian tubuh. Dan, ya, aku keringatan di pagi hari sebelum mata pelajaran pertama dimulai.

***

Teeett! Teeet! Teeet!

Bacaan Lainnya

Bel sekolah menyadarkanku. Aku sempat bingung melihat manusia-manusia muda putih abu-abu berlarian ke luar ruangan, memburu pintu yang hanya satu. Sebagian berteriak tak jelas, sebagian tertawa dan sebagian lagi berusaha kalem tapi tak sabaran untuk pergi. Aku tercekat. Ini sudah waktu pulang sekolah! Ke mana saja kesadaranku selama hampir 5 lima jam ini?

“Ri…”

Gadis muda yang bernama Novi menyapaku pelan. Dari dekat, aku baru sadar betapa jelitanya dia. Bola matanya hitam bersih, alisnya tipis, bulu mata lentik, hidung bangir, dagu runcing, pipi putih dengan bayangan urat-urat merah di balik kulit itu. Rambutnya panjang sebahu, dibiarkan tergerai. Ah, dia benar-benar sempurna. Mirip gadis anime bikinan komikus Jepang.

“Ari… Kamu kenapa?”

“Tidak apa-apa. Aku hanya…”

Otakku beku.

“Entahlah, Vi,” jawabku menyerah.

“Kamu sakit?”

Pertanyaan ini mengingatkanku tentang Mama. Dia ini gadis idamanku, keponakanku atau mamaku?

“Ndak.” Jawabku pelan.

Setelah menarik nafas panjang, Novi bercerita tentang aku yang tertidur di kursi dengan posisi badan menelungkup di atas meja beralaskan tangan.

Dia juga menjelaskan kenapa tak ada yang menggangguku tidur; bahwa guru-guru sedang rapat persiapan ujian nasional, anak-anak kebanyakan main di luar kelas karena tak ada guru, dan dia meyakinkan bahwa hanya dirinyalah yang secara sungguh-sungguh menjagaku agar tak ada yang menjahili selama aku tidur.

Mendengar itu, aku langsung terharu. Dia benar-benar gadis idaman.Aku berdiri, menghadap ke arah dia berdiri, mendekat, lalu memeluknya dengan cepat. Gadis anime ini tak siap dengan serangan menbagian depank ini. Tubuhnya menolak, tangannya mendorong tubuhku menjauh hingga pelukan hangat itu terlepas sia-sia.

Pos terkait