Masyarakat Turki dan Berliter-liter Teh yang Mereka Seruput

Cay
Salah satu tradisi harian yang tak dapat dipisahkan dari kebiasaan masyarakat Turki adalah minum teh. (Mutia)

Penulis: Siti Mutia (jurnalis Jambi tinggal di Turki)

Jambi Seru – Salah satu tradisi harian yang tak dapat dipisahkan dari kebiasaan masyarakat Turki adalah minum teh. Dalam bahasa Turki disebut çay. Masyarakat Turki, bahkan punya gelas çay ikonik berbentuk bunga tulip yang jadi salah satu khasanah piranti dapur Turki. Kemanapun dan dimanapun, maka hanya gelas bentuk ini yang akan dipakai untuk menghidangkan çay. Bagaimana bentuknya?

Cay
Salah satu tradisi harian yang tak dapat dipisahkan dari kebiasaan masyarakat Turki adalah minum teh. (Mutia)

Sepintas mirip jam pasir hanya saja lebih ‘gendut’. Melebar dibagian atas dan bawah, tapi cekung dan langsing ditengah. Perumpamaan kejelitaan seorang wanita. Apalagi setelah diisi cairan teh, maka pesona gelas itu makin memikat. Awal mengenal budaya Turki, saya sempat berpikir, begitu ‘kompaknya’ masyarakat Turki dari ujung ke ujung sepakat memakai gelas berbentuk bunga tulip itu sebagai piranti wajib minum teh. Kelak, saya tahu ternyata ada makna khusus yang tersirat pada bentuk gelas itu. Masyarakat Turki hanya meminum teh yang benar-benar panas. Bahkan mereka dipastikan tidak akan meminum teh yang sudah turun derajat ke suam-suam kuku, dimana di mayoritas masyarakat kita justru teh dengan suhu demikian adalah suhu teh paling ‘nyaman’ untuk diseruput.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: Kabar dari Turki: Berobatlah, Istirahatlah, Sehatlah!

Karena mereka harus minum teh panas, maka ukuran gelas ini didesain berukuran kecil berisi sekitar tak lebih dari 5 kali seruputan teh saja. Bentuk gelasnya yang cekung ditengah dan melebar dibagian atas, konon bisa mempertahankan suhu panas teh dan menjadi sejuk seketika dibagian atas (karena permukaan gelasnya melebar) tepat sesaat sebelum menyentuh bibir. Cara menyeduhnya juga unik. Sebuah teko dua tingkat berisi air dipanaskan. Teko bagian bawah berisi air, sementara teko bagian atas berisi serbuk teh yang telah diseduh air mendidih. Seduhan ini murni berisi teh tanpa gula. Cara menikmatinya, tuang seduhan teh dengan tingkat kekentalan yang dikehendaki (biasanya setengah gelas atau kurang), barulah dikucuri air dari teko bagian bawah untuk mengencerkan seduhan teh. Gula (dalam bahasa Turki disebut şeker) ditambahkan belakangan sesuai tingkat kemanisan yang diinginkan.

Cara penyeduhan ini, memungkinkan semua penikmatnya akan mendapatkan minuman teh sesuai selera masing-masing. Akan berbeda ceritanya dengan cara menyeduh ‘ready to drink’ ala masyarakat tanah air. Disini, mau teh yang bening, kental, manis dan tanpa gula bisa dinikmati dalam sekali hidang. Bagian yang paling mencengangkan adalah jumlah teh yang bisa mereka minum. Awal-awal kedatangan saya sebagai gelin (pengantin) nyaris setiap malam saya diajak keliling mengunjungi kerabat suami dan dipastikan teh menjadi minuman wajib. Saya benar-benar dibuat terpana dengan banyaknya teh yang bisa mereka minum dalam sekali duduk. Bergelas-gelas. Bahkan saya pernah membaca sebuah tulisan, masyaraat Turki paling tidak dalam sehari akan minum 25 gelas teh! Paling sedikit itu. Wow!

Baca Juga : Ini Teh Kayu Aro Termahal Rp 5 Juta Sekilo

Karena itu, ‘nyonya rumah’ harus selalu berjaga memastikan stok seduhan teh tersedia. Apalagi masyarakat Turki saat bertamu bisa hingga lewat malam hingga  nyaris dini hari. Dan tentunya dibutuhkan stok seduhan teh yang cukup saat para suami masih terlihat asyik ngobrol. Nyonya rumah harus jeli memperhatikan gelas-gelas yang kosong dan dengan segera menuang lagi seduhan teh selanjutnya dan selanjutnya. Ibu mertua bilang, menjadi sebuah aib saat gelas teh sudah kosong dan menjadi dingin karena lama ‘menunggu’ untuk dituang teh berikutnya.

BACA JUGA: Kabar dari Turki: Hapalkan NIK, Kelar Urusanmu

Bicara soal bergelas-gelas teh yang bisa mereka seruput, sebenarnya cukup masuk akal kalau jumlahnya bisa mencapai sekitar 25 gelas bahkan lebih. Suami saya, bahkan sehari bisa minum teh hingga 40 gelas. Dimulai dengan sarapan pagi (kahvalti) setidaknya mereka akan minum antara 3-5 gelas bahkan lebih. Saat beraktifitas, mereka juga akan terbiasa menyelingi dengan aktifitas minum teh. Minum teh, seakan seperti minum air tawar saja. Saya pernah bergurau, entah dilipatan perut bagian mana mereka menampung berliter-liter air teh itu dalam perut mereka. Hehehe.

Cay
Salah satu tradisi harian yang tak dapat dipisahkan dari kebiasaan masyarakat Turki adalah minum teh. (Mutia)

Saking melekatnya tradisi minum teh yang tak kenal waktu dan tempat ini, saat kita belanja ke sebuah toko, mereka biasanya juga akan menyuguhkan teh selamat datang. sebuah bentuk penghormatan pada ‘tamu’, belanja atau tidak kita, terutama jika yang datang adalah pengunjung yang terlihat seperti ‘orang asing’. Jadi, jika suatu saat anda berkesempatan datang ke Turki, jangan heran jika kemanapun anda pergi akan dapat suguhan teh. Nikmati saja. Percayalah, teh mereka enak!

Salam dari Turki
Mutia Jurnalis

Pos terkait