Dongeng Jambi : Pak Tua dan Pendulang Emas oleh Monas Junior

Dongeng Pak Tua dan Pendulang Emas oleh Monas Junior.
Dongeng Pak Tua dan Pendulang Emas oleh Monas Junior.

“Maaf, Mak.”

“Ya sudah. Dapat?”

“Belum, Mak.”

Bacaan Lainnya

“Sini, gantian.”

Emak mengambil pendulangku begitu saja. Lalu menyuruhku duduk di tepi sungai bawah pohon beringin. Tentu saja ini membuatku makin kesal. Tapi karena ini Emakku, ya, tentu pula aku tak bisa melawan. Nanti kualat.

Saat itulah kulihat Pak In datang. Masih pakai baju seperti kemarin, Pak In menegur Emakku. Kemudian mengambil posisi agak jauh dari tempat Emakku berdiri.

Lagi lagi Pak In bersikap sama. Dia berdiri. Tangannya memegang pendulang sedang matanya menatap ke langit. Bibirnya tampak komat kamit. Sebentar kemudian ia mulai mendulang. Habis itu naik ke tepian.

Kulihat Pak In melambaikan tangan ke Emakku. Emak membalas. Dan pemandangan itu berakhir dengan punggung Pak Tua itu yang menghilang di telan kejauhan.

Aku mengira bahwa Pak Tua itu lagi lagi sudah mendapatkan emas yang banyak di pendulangnya. Tetapi kok bisa? Sementara Emakku sampai dekat Magrib, tetap tak dapat apa apa, sampai akhirnya kami pulang dengan tangan hampa.

Besoknya aku kembali ke sungai ini. Kutiru apa yang dilakukan Pak In. Kupegang pendulang, kutatap langit, kemudian mulai mendulang.

Hasilnya, nol! Aku tak dapat apa apa! Sedihnya sekali rasanya.

Pas diwaktu kesedihan itu, Pak In tiba. Ia memegang kepalaku sambil tertawa.

“Mau Bapak ajarin?”

Aku mengangguk cepat.

Dia menyuruhku naik ke tepian. Mengeluarkan sebotol air mineral, lalu menyuruhku berwudhu. Setelah itu dia berbisik, “pas lihat ke langit, kamu berdoa yang tulus. Selipkan niat baik apa yang kamu akan lakukan kalau dapat emas.”

Pos terkait