Oleh : Edi Purwanto *
Ada satu momen yang selalu membuat saya terdiam setiap kali turun ke lapangan. Bukan saat disambut secara formal, bukan pula ketika agenda berjalan rapi. Tapi saat saya melangkah masuk ke rumah warga, duduk di ruang tamu sederhana, dan mendengar langsung cerita hidup mereka.
Hari itu, saya meninjau rumah-rumah warga penerima Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) di Jambi. Rumah-rumah yang sebelumnya mungkin luput dari perhatian, kini berdiri lebih kokoh, lebih sehat, dan lebih layak dihuni.
Di situlah saya merasa, negara benar-benar hadir. Bukan lewat baliho, bukan lewat pidato panjang, tapi lewat dinding rumah yang tak lagi bocor dan lantai yang tak lagi lembab.
Sebagai anggota Komisi V DPR RI, saya kerap menerima laporan tentang angka dan progres program. Tapi laporan tidak pernah bisa sepenuhnya mewakili rasa. Rasa lega seorang ibu yang anaknya kini bisa tidur nyenyak. Rasa aman seorang ayah yang tak lagi khawatir atap rumah runtuh saat hujan datang.
Program BSPS bagi saya bukan sekadar bantuan fisik. Ini adalah program yang menyentuh martabat. Karena rumah yang layak adalah fondasi paling dasar dari kehidupan yang layak.
Saat berdialog dengan para penerima manfaat, saya melihat sendiri bagaimana perubahan kecil memberi dampak besar. Rumah yang dulu gelap kini terang. Ventilasi yang dulu nyaris tak ada, kini membuat udara lebih sehat. Hal-hal sederhana, tapi sangat menentukan kualitas hidup.
Namun, kunjungan ini juga menjadi bagian dari pengawasan. Saya ingin memastikan satu hal penting: bantuan ini benar-benar tepat sasaran dan digunakan sebagaimana mestinya. Program kerakyatan hanya akan bermakna jika dijalankan secara jujur, transparan, dan bertanggung jawab.
Saya sampaikan kepada semua pihak, jangan main-main dengan program rakyat. Bantuan perumahan harus dipakai untuk memperbaiki rumah, bukan dialihkan untuk kepentingan lain. Karena di balik setiap bantuan, ada harapan besar sebuah keluarga.
Syukurnya, dari hasil peninjauan, pelaksanaan BSPS berjalan cukup baik. Pendampingan ada, partisipasi warga terasa, dan semangat gotong royong masih hidup. Inilah yang membuat program ini kuat—negara membantu, rakyat ikut berdaya.
Saya selalu percaya, rumah bukan sekadar tempat berlindung. Rumah adalah pusat tumbuhnya keluarga. Dari sanalah kesehatan dijaga, pendidikan anak dimulai, dan masa depan dibangun.
Ketika rumah layak, hidup menjadi lebih tertata. Anak-anak lebih fokus belajar, orang tua lebih tenang bekerja, dan keluarga lebih sehat secara fisik maupun mental. Dampaknya menjalar ke mana-mana.
Karena itu, saya berharap Program BSPS terus berlanjut dan menjangkau lebih banyak warga Jambi. Masih ada saudara-saudara kita yang tinggal di rumah tidak layak dan menunggu uluran tangan negara.
Pembangunan tidak boleh hanya tampak megah di pusat kota. Ia harus terasa hingga ke lorong-lorong kecil, ke rumah-rumah sederhana, ke kehidupan rakyat yang selama ini bersuara pelan.
Selama saya diberi amanah, saya akan terus mengawal program-program kerakyatan, khususnya di bidang perumahan dan infrastruktur dasar. Karena di sanalah ukuran keberpihakan diuji.
Hari itu, ketika saya berpamitan dan melihat senyum warga dari depan rumah barunya, saya kembali diingatkan: politik seharusnya bekerja sejauh ini. Masuk ke rumah rakyat. Duduk bersama mereka. Dan memastikan negara benar-benar hadir, bukan sekadar janji. (*)
* Edi Purwanto, Anggota DPR RI dapil Jambi yang juga Ketua DPD PDI Perjuanga Provinsi Jambi












