Musri Nauli : Kucing Dalam Karung

perjalanan betuah (26)
Musri Nauli. (Ist)

Musri Nauli : Kucing Dalam Karung

Jambiseru.com – Didalam berorganisasi, tidak dapat disangkal, cita-cita, harapan, keinginan yang disampaikan para kandidat ditunggu para anggota. Dalam istilah keren disebut “mimpi” dari pemimpin untuk mengurusi organisasi.

Ada yang berapi-api bermimpi “punya sekretariat”. Ada yang berambisi “punya kantor”. Ada yang mengajak orang memilih dengan “kebersamaan”. Ada yang mengajak “memilih dengan hati Nurani”.

Bacaan Lainnya

Sebagai slogan sih, ok-ok saja. Dan itu sah untuk meraih dukungan dari anggota.

Namun ketika kandidat yang diusungnya cuma “berpolesan” wajah, isi otak yang tidak muncer, naik kendaraan mewah ditengah anggota sudah beberapa kali terbukti.

Hanya memegang SK organisasi yang menyatakan dia sebagai “leader” namun organisasi kemudian melempem.Sudah banyak sekali contohnya.

Sang “leader” justru menikmati kekuasaan. Bisa bertemu dengan berbagai petinggi. Dihormati. Disanjung-sanjung. Dipuja-puji sana-sini. Namun cuma “sekedar” kantorpun tidak punya.

Lalu apakah orang yang memilih sang leader kemudian menjadi tolol ?

Tidak. Siapapun yang memilihnya, tidak tepat dikatakan tolol. Memilih adalah hak. Dan siapapun tidak boleh “memaksa” untuk memilih. Baik dengan cara kekerasan ataupun dengan hasutan.

Pemilih yang telah memilih sang “leader” kemudian terjebak dengan ujaran leluhur nenek moyang bangsa Indonesia.

Memilih “kucing dalam karung”.

Istilah memilih “kucing dalam karung” adalah istilah yang menggambarkan orang memilih hanya “mendengarkan suara kucing”. Tanpa pernah melihat “apakah kucing” itu hitam, belang-belang atau putih.

Pos terkait