Musri Nauli : Kucing Dalam Karung

perjalanan betuah (26)
Musri Nauli. (Ist)

Apakah kucing itu “kucing lokal”, kucing blasteran atau Cuma kucing biasa.

Suara kucing hanya memastikan “memang itu suara kucing”. Namun apakah kucing itu hanya melihat tikus yang berkeliaran, kucing yang takut menangkap tikus atau Cuma kucing yang mengintai ikan dimeja makan.

Istilah memilih “kucing dalam karung” adalah sindiran. Bahkan yang lebih tragis adalah hinaan kepada orang yang hanya memilih “tanpa melihat wujud asli” dari sang kucing.

Memilih “kucing dalam karung” adalah perumpamaan terhadap “orang” yang memilih tanpa memperhatikan “wujud asli” kucing sebagai bentuk “memilih kucing” untuk dirumah.

Dalam semangat politik lokal (Pilkada), memilih kucing dalam karung diumpamakan sebagai “memilih” tanpa melihat rekam jejak maupun “siapakah dia sebenarnya”.

Publik kemudian “dipaksa” untuk memilih dengan melihat “polesan wajahnya”, suara gemuruh para supporter. Bahkan abai terhadap “rekam jejaknya”.

Memilih kucing dalam karung persis sebagaimana kisah memilukan ketika sang “leader” lebih menikmati kekuasaan daripada mengurusi anggota organisasi. Sang “leader” asyik menikmati dunia kepopulerannya dan mengabaikan anggotanya.

Pos terkait