Review Film Dua Garis Biru, Cinta Dua Remaja yang “Berbahaya”

Film-Dua-Garis-Biru
Film Dua Garis Biru. Foto : Istimewa

Review Film Dua Garis Biru, Cinta Dua Remaja yang “Berbahaya”

JAMBISERU.COM – Pasangan remaja Bima dan Dara masih berusia 17 tahun saat memahami arti sebuah cinta dan komitmen. Nanar mata mereka begitu merekah ketika memandang satu sama lain.

BACA JUGAIni Daftar Film Baru 2020 yang Layak Ditonton

Bacaan Lainnya

Pada satu fase, gelora cinta Bima dan Dara melampaui batas dan berakibat fatal. Dara hamil di usia dini. Bima panik, belum siap menjadi bapak dan kepala rumah tangga. Dara berupaya agar hal ini dirahasiakan terutama dari kedua orangtuanya.

Pertikaian dari masing-masing keluarga meledak ketika Dara ketahuan mengandung dan rencana masa depan berubah. Cita-cita Dara dan Bima terancam pupus.

Baca Juga :

Sinopsis Squid Game Movie Episode 9 Terakhir, Ending yang Mengejutkan

Ulasan dan Kesan Nonton Film Ali dan Ratu Ratu Queens

Situs Streaming Film Terbaru Sub Indo yang Masih Bebas Diakses

Dilansir dari Medcom.id, Dua Garis Biru mengangkat kisah pernikahan dini yang menjadi polemik penting di Indonesia. Kesiapan bibit (latar belakang), bebet (penampilan), bobot (kualitas diri) seperti pada filosofi Jawa menjadi barometer dasar sebelum berumahtangga.

Dara mewakili remaja perempuan yang belum memiliki kesiapan untuk mengerti emosi seorang ibu ketika mengandung, kondisi fisik saat dan setelah menikah. Dia pun harus melalui masa love-hate relationship dengan ibunya yang juga terkena dampak psikis.

Bima sebagai remaja laki-laki menbagian depank harus bekerja banting tulang. Kondisinya belum mumpuni untuk berkomitmen memimpin keluarga. Satu sisi, dia berusaha tampak bertanggungjawab.

Baca Juga : 20 Situs Nonton – Download Film Selain lk 21 indoXXI

Bencana bagi mereka sekaligus anugerah diberikan satu nyawa baru. Dalam dialog Dara dan Bima, mereka diingatkan untuk menimbang hal-hal mendatang sebelum mengambil keputusan. Bahwa menikah adalah keputusan sekali, tetapi menjadi orangtua adalah pekerjaan seumur hidup.

Pemain muda Angga Yunanda dan Adhisty Zara dalam Dua Garis Biru begitu ditunggu oleh penggemarnya, tetapi kehadiran para pemain senior tak luput dari penantian penonton segmen usia menengah dan lanjut. Penggemar sinetron Tersanjung akan terobati dengan hadirnya Lulu Tobing yang telah lama vakum dari panggung hiburan. Aksi Cut Mini Theo dan Dwi Sasono menjadi daya tarik lain dari film ini dalam pendalaman peran masing-masing.

Gina S. Noer akhirnya mencoba bangku sutradara untuk kali pertama. Debutnya memimpin proyek film membawa penonton hanyut dalam dialog dan penuturan tanpa jarak dan sekat antar pemain. Sebagai penonton, saya seperti membaca naskah yang runtut dibantu dengan visualisasi tokoh Angga Yunanda dan Adhisty Zara.

Penuturan dialog dari pemain bukan sekadar interaksi, melainkan memiliki maksud edukasi wikwik terhadap remaja. Intisari dalam cerita juga ingin membagikan pesan perlu ada momen orangtua dan anak mendiskusikan cinta dan wikwik saat anak mulai akil balik dan memasuki usia remaja.

Desas-desus penulis merangkap sutradara selalu menghasilkan karya yang menuai pujian, kembali dibuktikan oleh Gina S. Noer. Tak menutup kemungkinan predikat sutradara favorit mengekor di belakang nama Gina, setelah banyak yang memercayakannya sebagai penulis naskah film pop.

BACA JUGAIni 3 Film Pertama di Indonesia yang Diproduksi Tanpa Suara

Teori asal-usul nama Dua Garis Biru terungkap menjelang akhir cerita.

Dua Garis Biru

Sutradara: Gina S. Noer
Produksi: Wahana Kreator, Starvision
Penulis: Gina S. Noer
Pemain: Adhisty Zara (Zara JKT48), Angga Yunanda, Cut Mini Theo, Arswendy Bening Swara, Dwi Sasono, Lulu Tobing, Maisha Kanna, Rachel Amanda, Asri Welas
Durasi: 113 menit
Klasifikasi LSF: 13+
Rilis di bioskop: 11 Juli 2019. (*)

Pos terkait