Cerita Mahasiswi UIN STS Jambi, 19 Jam Tersesat di Gunung Masurai

Cerita Mahasiswi UIN
Cerita Mahasiswi UIN STS Jambi 19 Jam Tersesat di Gunung Masurai. Foto : Edo/Jambiseru.com

Jambiseru.com – Cerita tiga mahasiswi Universitas Islam Negri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin (STS) Jambi, tersesat selama 19 jam di Gunung Masurai pada Selasa (16/2/2021).

Berita Jambiseru[dot]com LainnyaNissa Sabyan Disebut Pelakor dan Selingkuh dengan Ayus, Fans di Jambi Kecewa

Tiga mahasiswi tersebut ialah Siti Rahayu (20) Warga Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun, Romlah (21) warga Pulau Kijang, Provinsi Riau dan Nuriani Purna (20) warga Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Diketahui, kejadian itu berawal saat tiga dari delapan mahasiswa dan mahasiswi UIN STS Jambi itu hendak turun setelah mendaki gunung, namun ketiga mahasiswi itu minta izin lebih awal turun dengan alasan mengejar waktu sholat ashar di salter 1 atau pintu rimba Gunung Masurai, Selasa (16/2/2021).

Dalam hitungan menit, kelima temannya kemudian menyusulnya ke Desa Sungai Lalang, akan tetapi mereka terperangah setelah sampai di desa tersebut pada Selasa sore (16/2) ketiga rekannya itu tidak ada di Desa Sungai Lalang, yang ada hanya sepeda motor mereka.

Sampai larut malam menunggu, mereka yang mencemaskan rekannya itu lalu melaporkan kejadian itu ke kepala desa setempat, kemudian kades setempat langsung berkoordinasi Tim SAR dan Kepolisian Sektor terdekat.

Karena saat itu sudah larut malam, pencarian pun sempat tertunda dan dilanjutkan pada Rabu (17/2/2021) pagi.

Siti Rahayu, salah satu mahasiswi yang tersesat itu bercerita kepada wartawan di Sekre Mapala Mata Angin STKIP Bangko, mengatakan rombongannya mendaki Gunung Masurai pada 14 Februari dan turun pada Selasa 16 Februari.

“Saat turun pada Selasa siang 16 Februari, di pertengahan perjalanan kami hilang kontak sekitar pukul 13:00 wib, sempat panik dan berteriak minta tolong, akan tetapi tidak ada yang menyaut,” tutur Siti, Kamis (17/2/2021)

Lanjut Siti, mereka bertiga sempat kehilangan arah dan panik, maka diputuskan untuk melakukan sholat ashar di dalam hutan belantara tersebut.

“Setelah solat ashar, kami bertiga melanjutkan perjalanan. Dengan mengikuti jalur yang sudah diberi tanda. Kemudian sampai 6 jam perjalanan kami melihat ada camp,” imbuhnya.

Beruntung, ketika ketiga mahasiswi itu sampai di camp, mereka bertemu dengan delapan orang yang diketahui sedang melakukan pengukuran tapal batas hutan adat.

Paginya pada Rabu (17/2/2021), tiga dari delapan pekerja tapal batas itu memutuskan untuk mengantar ketiga mahasiswi itu ke desa terdekat, yakni Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai.

Berita Jambiseru[dot]com LainnyaMau Daftar CPNS, Ini Syarat yang Harus Disiapkan

“Alhamdulillah, meski menempuh perjalanan kurang lebih 6 jam dari camp itu ke Desa Tanjung berugo. Samapi di desa saat ada sinyal kami lihat di Group Whatsapp dan juga panggilan masuk ternyata kami dinyatakan hilang. Langsung kami kabarkan jika kami sudah sampai di rumah Kepala Desa Tanjung Berugo,” tandasnya. (edo)

Pos terkait