Menelusuri Jejak Purbakala Geopark Merangin Sembari Menikmati Dahsyatnya Jeram Batang Merangin

rafting merangin
Rafting Geopark Merangin. Foto: Rian/Jambiseru.com
rafting geopark
Rafting Geopark Merangin. Foto: Rian/Jambiseru.com

“Kita akan melihat fosil kerang laut dan fosil lainnya, dengan bukti fosil yang ada kita sekarang ini dulunya berada di 0 Meter Dari Permukaan Laut (MDPL), artinya kita berada di dasar samudera yang hilang karena letusan gunung berapi kuno dulu, itulah kelebihan dari Geopark Merangin, mempunyai bukti sejarah yang otentik,” jelas Samsul kepada rombongan kami sambil menepikan perahu menuju spot fosil yang diterangkannya.

Setelah puas berswafoto sembari menyaksikan bukti-bukti peninggalan purba prasejarah yang ada di Geopark Merangin, barulah saya percaya bahwa Geopark Merangin memang berada di 0 MDPL seperti yang diterangkan Samsul.

Perahu kembali bergerak mengarungi Sungai Batang Merangin, sebelum sampai ketitik persinggahan di Air Terjun Muara Kari, perahu kami kembali disambut oleh “Jeram Tipu” yang lumayan dahsyatnya, dan lagi-lagi membuat istri saya bersama 2 orang kru terpental dari perahu, ketiganya pun berhasil kembali naik keperahu dan kamipun singgah dititik peristirahatan di Air Terjun Muara Kari untuk menikmati keindahan air terjun tersebut sembari berswafoto, menariknya kita bisa menikmati kopi dan makanan yang disediakan oleh Tim di warung persinggahan dengan membayarnya sesudah sampai dititik terakhir jika kita tidak membawa uang.

Setelah puas beristirahat sambil berswafoto menikmati keindahan air terjun tersebut, kami melanjutkan perjalanan beriringan mengarungi sungai Batang Merangin dengan seribu misterinya. Kami kembali diajak menyinggahi beberapa spot yang tak kalah mengasikkan untuk berenang dan bermain air.

“Sekarang kita berada di spot berenang, bagi bapak dan ibu yang ingin berenang dipersilahkan,” teriak Samsul kepada kami semua sambil melompat ke dalam sungai.

Tak mau kalah dengannya setelah melihat lokasi yang memang aman untuk berenang, sayapun langsung lompat kesungai untuk berenang mengikuti Samsul, tentu saja tanpa membuka baju pelampung yang saya pakai.

Ternyata tidak hanya saya dan Samsul yang terjun, dari perahu satu lagi terlihat Pak Dicky beserta putranya yang paling kecil berusia 10 tahun terlihat seperti ikut lompat dari perahu untuk ikutan berenang, hampir setengah jam lamanya kami berenang mengikuti aliran sungai, setelah puas berenang kamipun akhirnya naik kembali keatas perahu, sebelum sampai dititik finish yang terletak di Teluk Wong Sakti, kami beserta rombongan kembali di sambut dua jeram lagi, yaitu “Jeram Hore” dan “Jeram Godbye”, kedua berhasil dilewati dengan mulus dan pertualangan mengarungi Geopark Merangin pun tuntas sudah, kamipun sampai dititik finish. Sebelum pulang kamipun menyempatkan untuk berswafoto di Air Terjun Jodoh yang ada di situ.

Namun sayangnya, kondisinya terlihat kotor kumuh bekas orang berkemping, tidak hanya itu saja banyak terlihat puing-puing bangunan tidak terawat yang katanya di bangun Pemkab Merangin di sekitar air terjun tersebut, menambah suram suasana.

“Sayang ya lokasinya bagus dan indah tapi kurang perhatian dari pemerintahnya,” ujar Dicky kepada saya disaat kami berjalan menelusuri tangga menuju jembatan untuk keluar dari lokasi tersebut menuju kendaraan kami masing-masing yang telah dibawa tim menuju titik finish yang terletak di Desa Biuku Tanjung, Kecamatan Renah Pemberap.

Setelah berganti pakian dan saling berpamitan, kamipun pulang kerumah masing-masing dengan membawa seribu kenangan dalam benak kami. Sebelum pulang ke Tebo, kami menyempatkan diri untuk menyicipi Gulai Ikan Semah yang merupakan ikan khas di Kabupaten Merangin di Kota Bangko. Semoga Pemkab Merangin benar-benar bisa lebih serius untuk memperhatikan Geopark Merangin yang mempunyai ribuan situs purbakala kedepannya. (*)

Pos terkait