Kisah Angelius Wake Kako, Jadi Anggota DPD RI Bermodal Rp 15 Ribu

angelius-wake-kako
Foto viral anggota DPD RI Angelius Wake Kako saat orang tua. (@igtainmentt/instagram)

JAMBISERU.COM – Terlahir menjadi bungsu dari sembilan bersaudara di sebuah keluarga yang jauh dari kata mapan, membuat masa kecil Angelo Wake Kako harus dipenuhi dengan kerja keras. Sebelum akhirnya bisa mencapai karier sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI).

Karier pria bernama lengkap Angelius Wake Kako ini memang berliku, putra asli Flores, Nusa Tenggara Timur itu sudah menjalani beragam profesi guna menunjang pendidikan S1 di salah satu universitas di daerah tempat tinggalnya.

Beruntung baginya, keaktifan ia di berbagai kegiatan kampus dan jejaring pertemanan, membuat Angelo menjadi seorang aktivis dengan bergabung menjadi salah satu anggota Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI).

Bacaan Lainnya

“Saya ini kan aktivis gitu kan, terus latar belakang saya ini kan susah lah kalau dikatakan boleh begitu, susah dari dulu. Susah dan sekolah juga tertatih-tatih sempat harus jual koran, kondektur mobil angkutan kota dan ojek juga, sembari kuliah S1 saya di Flores,” kata Angelo kepada Suara.com–media partner Jambiseru.com.

Di tengah situasi serba sulit saat itu, bagi Angelo kehadiran dan dukungan serta doa dari orang tua menjadi nomor satu. Ia selalu memegang pesan dari orang tuanya, pesan itu juga yang tetap ia simpan hingga saat ini.

Diketahui, nama Angelo Wake kako kian dikenal berkat foto viral dirinya dengan kedua orang tua saat pelantikan anggota DPD RI, Selasa (1/10/2019).

Ayahnya, Aloysius Waka (80) dan ibunya Katarina Seku (70) tampak begitu sederhana saat datang ke pelantikan anak bungsunya tersebut, mereka terlihat berpakaian khas Flores dengan sarung tenun dan atasan batik.

“Kalau orang tua itu kan selalu omong ya punya orang punya orang, punya kita punya kita, itu nasihat yang dari dulu saya pegang,” kata pria kelahiran Januari, 1990 tersebut.

Setelah berhasil lulus S1 dari hasil kerja kerasnya di Flores, Angelo tak juga puas. Ia yang memiliki semangat tinggi dalam pendidikan, berencana merantau ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah pascasarjana sekaligus juga bekerja.

Angelo berujar, dirinya mendapat beasiswa S2 di Universitas Indonesia dengan mengambil jurusan Ketahanan Nasional. Namun prestasi cemerlangnya di dunia pendidikan ternyata tak diimbangi dengan kemampuan ekonomi orang tua.

Aloysius dan Katarina saat itu hanya mampu memberi ongkos Rp 15 ribu sebagai bekal anaknya ke Jakarta. Meski begitu, memiliki jejaring pertemanan yang baik membuat Angelo mendapat sumbangan dana dari pihak lainnya.

“Sejak 2014 saya kan ke Jakarta, 2014 saya ke Jakarta itu orang tua saya memberi saya Rp 15 ribu dengan pesan uang ini kalau sudah setengah mati baru bisa dipakai uang itu. Padahal itu jaringan yang lain sumbang kita itu lumayan Rp 100 ribu, Rp 500 ribu tapi ya itu lah kemampuan orang tua kita kan,” tutur Angelo.

Merantau ke Jakarta

Ketua Presidium Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Angelo Wake Kako [suara.com/Agung Sandy Lesmana]
Angelo Wake Kako saat menjabat Ketua Presidium Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia. [suara.com/Agung Sandy Lesmana]
Kata sukses masih jauh dari bayang-bayang Angelo saat pertama kali kakinya menginjakan Ibu Kota 2014 silam. Sama halnya saat berkulih di Flores, di Jakarta ia juga masih harus bekerja serabutan guna menutup ongkos hidup yang pas-pasan.

Namun bukan kerja fisik lagi yang kini Angelo lakoni, bermodal pengetahuan dan latar belakang S1, ia kemudian membuka kelas bimbingan belajar. Pada masa kuliah ini baru kemudian jalan sukses Angelo perlahan mulai terbuka.

PMKRI sebagai organisasi yang diikutinya selalu melekat dan tak bisa dilepaskan dari Angelo. Dari organisasi itu pula nama Angelo mulai terdengar saat dirinya berhasil menduduki posisi sebagai Ketua Presidium Pengurus Pusat PMKRI.

“Ya bersyukurnya saya masuk di organisasi PMKRI dan ya alhamdulillah berkembang sampai ke Jakarta dan sempat menjadi ketua pengurus pusat PMKRI di sini, seluruh Indonesia,” kata Angelo.

Usai lulus pascasarjana Universitas Indonesia pada 2017, Angelo kemudian mendapat pekerjaan menjadi staf ahli Oesman Sapta Odang (OSO) yang kala itu menjabat sebagai ketua DPD RI. Saat bekerja di sini pula lah jiwa Angelo yang berkeinginan menjadi wakil rakyat mulai terbentuk.

Maju Jalur Independen

Ketua Presidium Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Angelo Wake Kako dan kawan-kawan [suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Angelo Wake Kako dan kawan-kawan dalam sebuah kegiatan. [suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Dorongan dari anak-anak muda khususnya di NTT juga yang kemudian menguatkan Angelo untuk mantap mencalonkan diri menjadi anggota DPD dari daerah kelahirannya. Ia pun punya alasan tersendiri mengapa mengambil jalur independen sebagai DPD dan bukan menjadi DPR lewat partai politik.

Hitung-hitungan politik membuat Angelo tak yakin bakal berhasil jika mencalonkan diri menjadi DPR malalui partai. Mengingat begitu banyaknya rivalitas baik di satu partai maupun dengan partai lainnya dengan para calon petahana.

“Niat yang pertama niat pribadi itu menjadi nomor satu, niat menjadi nomor satu karena kita selama menjadi aktivis, kita kan menyuarakan keberpihakan kepada kaum tertindas kan dari luar terus, kan kadang didengar kadang tidak. Sehingga saya pikir perlu untuk ikut ambil bagian di dalam parlemen dan pilihannya kenapa ke DPD, tentu saya punya hitung-hitungan soal matematika politik gitu,” tutur Angelo.

Dengan modal hasil urunan dari para pemuda NTT yang menjadi relawan, Angelo kemudian memulai debut awalnya berkampanye di kampung halaman pada 21 Februari 2018. Saat memulai itu, ia juga diketahui masih menjadi staf ahli ketua DPD, OSO.

“Saya tuh jujur ya, kalau melihat saya kemarin itu memang partisipasi lebih banyak dari bawah. Begitu banyak orang yang tiba-tiba kasih Rp 500 ribu, kasih Rp 1 juta, kasih Rp 200 ribu untuk kemudian hanya sekadar beli rokok saya bisa ngumpul sama anak-anak muda saja gitu. Kerelawanan begitu luar biasa saya mengalami,” ungkap Angelo.

Lagi-lagi bagi Angelo, orang tua menjadi orang nomor satu di hidupnya. Sebelum memulai pencalonan dan perjuangannya dalam pencalonan, Angelo berujar ia lebih dulu meminta dukungan dan restu dari orang tua.

“Saya itu kan satu orang yang sejak dulu punya keyakinan bahwa sebisa mungkin kita membahagiakan orang tua itu jalan untuk kita itu terbuka, itu keyakinan saya dari dulu memang bahwa orang tua itu menjadi orang nomor satu di dunia. Karena kalau kita bicara Tuhan konsepnya kan lain, tapi selagi di dunia ini orang tua itu harus di nomor satukan,” kata Angelo.

Bawa Orang Tua ke Jakarta

Anggota DPD RI Angelius Wake Kako. (Dok. DPD RI)
Anggota DPD RI Angelius Wake Kako. (Dok. DPD RI)

Atas doa dan dukungan utama dari orang tua itu pula, akhirnya Angelo berhasil meraih 179 ribu lebih suara yang mengantarkanya sampai ke kursi Parlemen.

Tak ingin melupakan jasa orang tua, maka sudah sepatutnya Angelo memboyong bapak ibunya ke Jakarta untuk ikut menghadiri sekaligus menjadi saksi saat anaknya dilantik di Gedung DPR/MPR/DPD.

Angelo berujar, itu juga yang menjadi latar belakang di balik foto viralnya bersama kedua orang tua. Karena baginya, orang tua selalu mendampingi dalam setiap momen yang menjadi kebanggaan mereka.

“Terlepas dari kita berhasil atau tidak, tapi momentum-momentum seperti itu harus membuat mereka bahagia. Karena membanggakan mereka juga sebagai orang tua. Harus membuat mereka itu berbangga,” ujar Angelo.

Kini melalui perjuangannya di Parlemen, Angelo memiliki harapan dapat membawa daerah pemilihannya di NTT untuk bergerak keluar dari keterbelakangan dan ketertinggalan. Ia juga selalu memberi pesan tersebut kepada para pemuda lokal, karena menurutnya kaum muda merupakan motor penggerak bangsa ke depan.

BACA JUGA: Kantin Kantor Lurah Murni Terbakar

“Saya itu kan selalu omong sama anak-anak muda di NTT, kita itu tidak boleh merasa kecil, itu saya selalu nasihat. Siapapun kita, dari mana pun latar belakang kita, kita semua punya hak dan kesempatan yang sama untuk berbakti kepada negara ini di level manapun. Harapannya tentu ya harapan kami semua anak-anak NTT untuk keluar dari realitas-realitas keterbelakangan, ketertinggalan,” Angelo mengakhiri. (put)

Pos terkait