Opini Ridho Pratama Satria : Bagaimana Kita Bisa Sampai pada Tahapan “Revolusi Industri 4.0” ini ?

* Penulis (Ridho Pratama Satria) ialah alumni S2 Sastra Universitas Andalas
* Penulis (Ridho Pratama Satria) ialah alumni S2 Sastra Universitas Andalas

Opini Ditulis Oleh : Ridho Pratama Satria

Seperti yang kita ketahui bersama, kita sedang dihebohkan dengan kata-kata “Revolusi Industri 4.0”. Pemerintah kita sendiri bahkan sudah gencar mempromosikan Industri 4.0 sampai sekarang. Namun, ada banyak pendapat mengenai “Revolusi Industri 4.0” ini. Pada waktu bersamaan, ada orang cemas dengan revolusi industri 4.0 ini, dan ada juga orang yang bersemangat. Untuk itu, kita harus paham dahulu apa itu revolusi industri? Dan bagaimana kita bisa sampai pada tahapan “Revolusi Industri 4.0” ini.

Jika kita membaca pendapat para ahli ekonomi, mereka memiliki pandangan yang berbeda-beda. Beberapa ahli ekonomi yang ‘old-fashion’ mengatakan jika hanya ada satu revolusi industri. Apa yang telah terjadi pada era ekonomi sekarang ini hanyalah kelanjutan dari kemajuan teknologi yang membuat kegiatan produksi menjadi lebih mudah.

Bacaan Lainnya

Jika ditinjau dari pendapat para ahli sejarah, mereka juga setuju dengan pendapat jika revolusi industri hanya istilah ‘umum’ yang diberikan untuk perubahan ekonomi pada waktu pertengahan tahun 1700-an dan akhir 1800-an di Eropa. Namun ada juga ahli sejarah yang mengatakan jika “revolusi industri” lebih cocok disebut sebagai sebuah proses yang masih berlangsung, bukan sebuah peristiwa yang telah terjadi.

Penggunaan mesin uap untuk kegiatan produksi merupakan pergeseran sistematis dalam penggunaan teknologi saat itu. Karena sebelumnya, kegiatan produksi hanya mengandalkan alat-alat manual. Penggunaan mesin uap ini meningkatkan kemampuan bisnis masyarakat pada saat itu, sekaligus mendorong perubahan besar-besaran dalam cara masyarakat berkegiatan ekonomi.

Namuns seiring waktu berjalan, pada akhir tahun 1800-an, penemuan-penemuan baru masih sedikit dan jarang terjadi. Meskipun masyarakat sudah mampu memproduksi produk-produk tekstil dan batu bata secara massal dengan bantuan mesin-mesin tertentu. Tapi, mesin-mesin itu fungsi-fungsinya sangat terbatas. Dan untuk membuat mesin-mesin itu pun masih sulit. Hal inilah yang menjadi latar belakang terjadinya revolusi industri kedua.

Revolusi industri kedua terjadi pada akhir abad 19 sampai kepada awal abad 20. Tahap ini bisa dilihat dengan munculnya standarasi dan kemampuan produksi baja secara masal. Standarisasi merupakan hal yang sangat penting dalam tahap revolusi industri kedua. Sebelum adanya standarisasi, mesin-mesin yang ada hanya mesin khusus untuk pabrik tekstil atau mesin untuk keperluan pertanian. Biaya pembuatan dan biaya perawatan ini sangat mahal. Mesin-mesin ini harus mendapat perhatian langsung dari para teknisi yang membuat mesin itu. Perhatian itu difokusnya kepada pembuatan spare-part tertentu untuk mesin. Jika mengalami kerusakan, maka spare-part yang rusak harus dibuat ulang dengan harga yang mahal.

Dengan adanya standarisasi, spare-part yang digunakan untuk membuat mesin harus disesuaikan dengan standar dan spesifikasi yang telah disepakati bersama oleh para produsen mesin pada saat itu. Akhirnya, tidak ada ukuran spare-part yang berbeda dari mesin-mesin yang lain. Dengan begitu, produksi mesin-mesin ini semakin banyak dan spare-part yang digunakan jauh lebih murah.

Penemuan berikutnya dari revolusi kedua adalah kemampuan untuk produksi baja secara masal. Hal ini diawal dengan penemuan “Bessemer-process”, penemuan cara untuk membuat produksi baja lebih mudah. Pada masa lalu, baja sangat mahal dan sangat terbatas penggunaannya. Di saat yang bersamaan besi sangat murah harganya. Bahkan besi digunakan untuk pembuatan kapal-kapal besar dan gedung pencakar langit, padahal kualitas besi jauh lebih buruk daripada baja. Lalu munculnya “Bessemer-process”, yaitu cara memproduksi baja secara masal dengan biaya yang rendah. Yang pada akhirnya membuat baja lebih murah dan semakin sering digunakan.

Lalu bagaimana dengan revolusi industri ketiga? Revolusi industri ketiga terjadi pada pertengahan abad 20. Tahap ini bisa dilihat sebagai perubahan berubahnya teknologi yang digunakan, yaitu penggunaan teknologi analog atau teknologi mekanik, menjadi teknologi digital. Oleh karena itu, revolusi industri ketiga ini sering disebut sebagai revolusi digital.

Penemuan awal yang menjadi fundamental tahap ini adalah penemuan telegram. Penemuan inilah yang menjadi awal daripada proses komunikasi kita bisa menjadi instan dan serba cepat seperti sekarang ini. Lalu, telegram mulai ditinggalkan dengan kemunculan teknologi yang kita kenal sekarang dengan komputer.

Perubahan pada revolusi industri ketiga ini berdampak sampai sekarang. Hal ini bisa dilihat dari komputer itu sendiri. Komputer menjadi suatu hal yang harus dimiliki di meja pekerja kantoran. Bahkan sekarang, komputer tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena komputer telah membuat pekerjaan kita menjadi lebih produktif.

Namun sekarang, kita kembali terjerumus ke dalam ‘stagnasi’ atau situasi dimana kegunaan komputer tidak lagi memberikan banyak yang manfaat. Stagnasi ini bisa dilihat pada pekerja kantoran. Sebagian besar pekerja kantoran saat ini akan menggunakan program-program seperti Microsot Excel, Microsoft Powerpoint, Adobe, Corel Draw, dan lainnya. Program-program komputer tersebut masih bisa digunakan pada komputer yang telah berusia lima tahun atau lebih. ‘Stagnasi’ dari perkembangan teknologi komputer menjadi latar belakang perjalanan manusia menuju “Revolusi Industri 4.0”.

Zaman sekarang, pengetahuan manusia sudah sangat luar biasa. Pengetahuan yang kita miliki mengantarkan kita untuk membicarakan ‘hal-hal abstrak’ untuk dikembangkan dan diwujudkan menjadi kenyataan. Contohnya adalah pembicaraan tentang Komputer Quantum, Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan) atau AI, atau bahkan membuat koloni (tempat tinggal) di planet Mars. Beberapa hal berikut ini yang sudah mulai dibuat, seperti contohnya Kecerdasan Buatan, atau yang lebih dikenal dengan AI. Namun ada juga beberapa hal belum terwujud karena kita tidak tahu cara praktis untuk memulainya, seperti contohnya membuat koloni di planet Mars.

Kecerdasan buatan, atau AI, perkembangannya sudah sangat luar biasa. AI sudah mulai digunakan oleh produsen-produsen smartphone di dunia. AI digunakan untuk menciptakan hasil yang maksimal dari pengambilan kamera smartphone. AI juga sudah mulai digunakan untuk membuat lagu-lagu baru dari penyanyi terkenal dunia, meskipun penyanyi itu telah meninggal dunia. Contohnya adalah, lagu terbaru Melly Goeslaw dengan Nike Ardile yang berjudul “Bertemu Kembali”. Dengan bantuain AI, suara Nike Ardila bisa dimasukkan ke dalam lagu ini.

Kemunculan AI sama seperti penemuan-penemuan yang menonjol pada revolusi industri kedua dan ketiga, yaitu dari penemuan dan penggunaan baja, sampai kepada penemuan komputer. Teknologi komputer telah membantu perekonomian untuk waktu yang lama, dan teknologi komputer sudah lebih baik dan lebih mudah untuk digunakan. Karena itulah AI menjadi tema yang sering dibicarakan di antara perkembangan teknologi yang lain dalam revolusi industri keempat.

Setelah AI, beberapa hal selanjutnya yang akan semakin berkembang adalah Printer 3D yang canggih, komputer kuantum, teknologi “blockchain” hingga hal-hal seperti implan-implan dari organ tubuh manusia.

Dari penjelasan di atas, kita sekarang mengerti jika revolusi terjadi merupakan proses yang rumit dan memakan waktu yang sangat panjang. Lalu, apa yang bisa diharapkan dari “Revolusi Industri 4.0”? Penulis sangat yakin jika hasil akhir Revolusi Industri 4.0 ini akan mengalami perubahan hidup yang sangat drastis.

Pada revolusi industri pertama, penemuan dan penggunaan mesin uap yang mempermudah masyarakat pada waktu itu dalam hal kegiatan produksi. Lalu, pada revolusi industri 4.0 ini, kita sudah melihat penemuan AI dan kemampuan awal dari AI itu sendiri. AI sudah mampu memperlihatkan potensi besar untuk kehidupan manusia ke depan.

Mungkin untuk beberapa waktu ke depan, hasil akhir dari revolusi industri ini akan membuat hidup kita lebih mudah lagi, jauh daripada apa yang kita bayangkan sekarang. Maka dari itu, kita harus menunggu proses revolusi industri 4.0 ini dengan sabar, dan kita harus menggunakan produk-produk awal dari revolusi industri 4.0 ini dengan bijak.

* Penulis (Ridho Pratama Satria) ialah alumni S2 Sastra Universitas Andalas

Catatan Redaksi : Silakan kirim opini Anda ke email jambiserucom@gmail.com atau ke nomor HP/WA +62 852-6759-9009. Setiap opini yang tayang di jambiseru.com berhak mendapat honor Rp 100.000,-.

Syarat syarat opini tayang di Jambiseru.com :

1. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2. Tidak menganut unsur yang melanggar aturan hukum.

3. Menyertakan foto diri dan biodata singkat.

4. Mengirim nomor rekening pribadi (diutamakan Bank BCA).

5. Lolos plagiarism checker dengan keunikan minimal 70 persen.

6. Mengikuti instagram Jambiseru.com di link berikut ini https://www.instagram.com/jambiseru dan follow fanspage facebook jambiseru.com di link https://www.facebook.com/jambiserucom

7. Kirim kirim opini Anda ke email jambiserucom@gmail.com atau ke nomor HP/WA +62 852-6759-9009

Selamat berkarya

Redaksi

Pos terkait