Diduga, Pengelola Parkir Berbayar Unja Kangkangi Aturan

demo
Aksi Mahasiswa Unja. Foto: Uda/Jambiseru.com

Jambi Seru, Sengeti – Sempat tertunda beberapa kali, akhirnya, aksi demontrasi yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Jambi, yang tergabung dalam aliansi mahasiswa ini melakukan aksinya, Kamis (11/4/2019) pagi, di depan gedung Rektorat Unja.

BACA JUGA: Perwakilan Aliansi Mahasiswa Unja Klarifikasi Soal Isu Hoaks Isi Pamflet yang Viral di Medsos

Nanda, salah satu aliansi mahasiswa menyampaikan bahwa, pelayanan dan fasilitas parkir tidak sesuai dengan surat keputusan pimpinan mengenai parkir tertanggal 19 Februari 2018. Diduga pengelolaan parkir tersebut kangkangi aturan yang telah disepakati.

Bacaan Lainnya

“Jadi di dalam poin ke tujuh itu berisikan, dimana mahasiswa yang tidak mempunyai uang dan ingin keluar dari Unja, diperbolehkan keluar. Namun, di hari ini kondisinya itu tidak diperbolehkan, bahkan raut wajah mereka cemberut jika kami tidak ada uang. Kemudian mereka juga mencatat NIM dan nama kami,” sebutnya usai melakukan audensi di ruang senat Rektorat Unja.

Selain itu, dikatakan Nanda, dalam tuntutan kedua, pihaknya juga menuntut untuk menolak terjadinya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Hal ini mengarah pada Bidikmisi yang tidak tepat sasaran.

“Itu lebih kearah Bidikmisi di mana kurang tepat sasaran dalam artian Penerapan UKT (uang kuliah tunggal, red) seorang anak petani itu UKT mencapai kurang lebih Rp 3 juta. Sedangkan, anak pejabat hanya Rp 2 juta, di situ kami melihat bahwa ada sedikit upaya yang dilakukan untuk melakukan korupsi,” tuturnya.

Adapun tuntutan lainnya mereka juga meminta untuk menurunkan biaya Juelt yang terlalu mahal. Kata Nanda, dimana biaya Juelt tersebut sebesar Rp 250 ribu sampai dengan mahasiswa itu lulus Juelt.

“Ada salah satu mahasiswa yang mengikuti Juelt ini sampai 10 kali, jadi jika di kali kan Rp 250 ribu, itu bisa terbayar mahal. Padahal UKT kami sudah besar, ditambah lagi dengan tes Juelt ini,” keluhnya.

“Kami disini meminta kepada pihak rektorat untuk melakukan penurunan harga tes Juelt dan ada batasan tesnya,” sambungnya.

Ditambahkan Nanda, dalam pertemuan audiensi dengan pihak rektorat itu, dalam permasalahan Juelt, pihak rektorat sudah membicarakan ini kepada pihak UPT Bahasa Unja.

BACA JUGA: Penyelundupan 69.305 Baby Lobster Berhasil Digagalkan

“Kami dapat informasi tadi berdasarkan hasil rapat pimpinan, pihak rektorat dan ketetapan  biayanya berubah dari yang sebelumnya. Tes yang pertama kali uangnya Rp 250 ribu, tidak lulus tes kedua bayarnya Rp 200 ribu dan ketiga Rp100.000. Nah tadi kami minta ketetapannya kapan berlaku, jadi itu tidak hanya angin segar, kami minta kepastian mengenai itu,” tandasnya.(uda)

Pos terkait