Obituari: Selamat Jalan Buya Nurul Fahmy…

Jambi Seru – Medio 2008 aku bersua dengan mu, sobat. Kau dipanggil Buya oleh sahabatku. Kemudian kau jadi sahabat satu kantorku kala itu.

Kita sudah melalui banyak perjalanan. Baik buruk, susah senang, lurus melintang pukang, maju mundur, dan banyak kenangan yang tak terelakkan.

Hari-hari yang lucu dan mengesalkan itu, kita lalui dengan banyak bicara bahkan banyak pula diam. Kita sama-sama memperhatikan walau sering tak sua. Kita saling bertanya kabar walau tak sering sejalan. Kita sering bersua saat rencana Tuhan seakan mengada-ngada.

Lalu berkat proses waktu yang lamban itu, kita bertemu lagi di satu medan. Kali ini seiring sejalan, segandeng segendong, senasib sepenanggungang, sekepal sepenggal, sambil terus terseok-seok di kaki yang goyah.

Yah, kita orang-orang lama yang terpaksa harus beradaptasi dengan teknologi yang baru dan terus mengancam keberlangsungan profesi.

Lalu kita sering diskusi, adaptasi ini adaptasi itu, cari solusi ini solusi itu, sampai akhirnya kembali terjebak di pemahaman bahwa, zaman sangat cepat berubah! Kita agak melambat. Mengenaskan.

Tapi kau punya tingkat kepasrahan yang tinggi. Kau punya level kesabaran seorang buya. Kau hadapi semua dengan alakadarnya manusia. Lumrah. Ketika satu dua Langkah, kau dan aku salah pilih simpang, tapi akhirnya kita kembali di garis finish yang sama.

Awal 2019, kita di satu garis yang sama. Lalu terus berjalan hingga hari Jumat ini, 27 Mei 2022.

Sebelum semua ini berakhir, kau sudah mengeluhkan sakitmu medio tahun lalu. Saat itu kau tak sadar diri. Kami panik. Membawamu ke satu rumah sakit, lalu memindahkanmu ke rumah sakit lain.

Tapi kau sangat kuat. Jiwa juangmu untuk hidup, untuk istri dan anak-anakmu yang masih kecil-kecil, mambuatmu bangkit dari bangsal itu.

Berkat bantuan orang baik hati, kita berdua ke tanah Jawa. Di burung terbang itu, aku sampai keringat dingin melihat nafasmu yang putus sambung putus sambung. Namun kau memang pejuang, mampu bertahan hingga akhirnya “operasi” itu selesai.

Ajaib. Kau sehat! Nafasmu langsung lancar, tak lagi terputus-putus. Wajahmu begitu ceria, hingga akhirnya kita kembali ke tanah pilih ini.

Lalu kita kembali terjebak kehidupan. Aktivitas dan desakan duniawi ini membuat kita jarang sua. Tapi inilah kita, sahabat yang tak perlu bertanya zahir, cukup batin saling berbicara.

Tetiba kau mengabarkan akan maju jadi salah satu komisioner. Zahirku tertawa. Tapi batinku berharap kau duduk, kawan. Sangat tulus berharap kau lulus. Kubayangkan istri dan anak-anakmu, akan jauh lebih terjamin duniawinya jika kau duduk di sana.

Lihat, kau memang pejuang sejati. Bukannya tiba-tiba kau lulus, tapi semua sudah kau maksimalkan dengan keringat dan upaya yang tinggi. Kau dilantik, beberapa hari lalu.

Di saat kesenangan itu melanda kau, keluarga dan kami para sahabatmu, tetiba lagi, kami mendengar kabar kepulanganmu. Kali ini, saudaraku, kau pulang untuk selamanya di sisi-Nya, damai di sana.

Ah kawan, akhirmu sangat baik. Saat sholat Jumat, di dalam masjid, kau tinggalkan semua dunia dan sifat keduniaan yang serbat terbatas ini. Hari ini kau kembali dilantik, kali ini oleh Allah, semoga jadi penghuni surga tetap yang SK-nya ditandatangi langsung oleh-Nya, Buya.

Wahai Allah, terimalah saudara kami ini, Nurul Fahmy, di sisimu yang maha indah itu. Dan wahai Rasul, beri safaatmu untuk dia. Karena ia berhasil mencapai akhir yang baik.

Dan ya Allah, biha ya Allah, biha ya Allah, bi husnil khatimah. Ya Allah dengarkan ya Allah dengarkan ya Allah… beri kami akhir yang baik, seperti sahabat kami itu. Amin.

Seluruh kru Jambi Seru mengucapkan, selamat berpulang, kawan-saudara-buya… Tenang di sana. (Monas)

Pos terkait