Jambiseru.com – Berawal dari satu panggilan telepon, akhirnya PAN masuk koalisi Jokowi. Dengan begitu, sebanyak 417 kursi di parlemen saat ini menjadi milik partai-partai pendukung Jokowi.
Ini awal cerita PAN Masuk Koalisi Jokowi
TELEPON seluler Zulkifli Hasan berdering pada hari Jumat, 20 Agustus 2021. Setiap hari, dia terbiasa menerima banyak panggilan telepon, tapi kali ini berbeda. Di ujung sambungan, terdengar suara serak tapi renyah dari seorang lelaki yang ia tahu betul sebagai ‘orang istana’.
Baca Juga : Alip Ba Ta Tetap Sederhana Walau Penghasilannya Rp 8,8 Miliar
“Pak Zul diundang ke istana oleh bapak, Rabu minggu depan,” kata lelaki tersebut.
Zulkifli lantas mengiyakan undangan tersebut. Dia berpikir, Presiden Jokowi ingin meminta pendapatnya tentang sejumlah hal, terutama soal pandemi covid-19.
Partai Amanat Nasional, partai yang dipimpin Zukifli Hasan atau akrab disebut Zulhas, memang tidak berada di lingkungan koalisi partai pendukung Jokowi – Maruf Amin.
Tapi dalam banyak kebijakan pemerintah, PAN memberikan dukungannya, termasuk soal penanganan wabah.
Selasa, 24 Agustus, malam Zulhas sudah mau beranjak ke peraduan, tapi ponselnya lagi-lagi berdering. Kali ini, nama si penelepon yang tertera di gawai Zulhas adalah tangan kanannya di PAN, Sekretaris Jenderal Eddy Soeparno.
“Assalamualaikum tum (ketua umum). Kita diundang ini ke istana,” kata Eddy.
“Kapan?”
“Besok. Tapi ini kita diundang bersama ketua dan sekjen partai-partai koalisi. Mereka juga hadir.“
“Oh iya, oke kalau begitu,” jawab Zulhas.
Seusai percakapan via telepon selesai, Zulhas mengingat telepon yang diterimanya pekan lalu, tujuannya sama, mengundang dirinya bertemu presiden di istana Rabu 25 Agustus.
Belakangan, Zulhas mengakui, orang istana yang menelepon dirinya enam hari sebelum persamuhan di istana adalah Pramono Anung—Sekretaris Kabinet Indonesia.
Tapi dirinya membantah Pramono kala itu mengundangnya ke istana untuk ikut pertemuan bersama para petinggi partai pendukung pemerintah.
“Saya baru tahu malam sebelum pertemuan,” kata Zulhas.
Ia menegaskan, dalam pertemuan itu pun tidak ada pembahasan ataupun bujuk rayu agar PAN mau memperkuat barisan partai politik pendukung Jokowi.
Zulkifli menuturkan, dalam pertemuan tersebut, presiden mengajak ketua serta sekjen partai yang hadir untuk membahas persoalan bangsa seperti wabah covid-19, perekonomian, serta hubungan pusat-daerah.
“Undangan kepada PAN itu suatu kehormatan. Soal pembicaraan dalam pertemuan, ya saya kira sudah beredar rekamannya.”
Berselang enam hari seusai pertemuan, Selasa 31 Agustus, persisnya dalam Rapat Kerja Nasional ke-II PAN, para pengurus melansir keputusan politik mereka: masuk koalisi partai pendukung Jokowi – Maruf Amin.
“Rakernas menyetujui PAN bergabung di barisan partai koalisi pemerintah,” kata Wakil Ketua Umum DPP PAN Viva Yoga.
Sudah lama diajak BAKSO dan mi sudah terhidang di sela-sela persamuhan sejumlah petinggi partai politik dalam Istana Kepresidenan, Rabu 25 Agustus petang.
Para ketua dan sekjen partai politik pendukung Jokowi yang meriung di antaranya ialah Megawati Soekarnoputri – Hasto Kristiyanto (PDIP); dan, Surya Paloh – Johnny G Plate (NasDem).
Selanjutnya Prabowo Subianto – Ahmad Muzani (Gerindra); Airlangga Hartarto – Lodewijk Freidrich Paulus (Golkar); Muhaimin Iskandar – Hasanuddin Wahid (PKB); dan, Suharso Monoarfa – Arwani Thomafi (PPP).
Selain itu, ada pula petinggi parpol pendukung Jokowi tapi yang tidak memunyai perwakilan di parlemen pusat seperti Partai Solidaritas Indonesia; Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia; Partai Persatuan Indonesia; Partai Hati Nurani Rakyat; dan, Partai Bintang Bulan.
Namun, yang menjadi ‘bintang’ dan lebih banyak mendapat sorotan dalam pertemuan itu adalah kedatangan Zulkifli Hasan – Eddy Soeparno, duet ketua serta sekjen PAN yang bukan anggota koalisi.
Dalam pertemuan itu, Jokowi secara tidak langsung memperkenalkan PAN sebagai “sahabat baru dalam koalisi”.
“Kehadiran PAN membuat semangat gotong-royong saat pandemi covid-19 seperti ini sangat terasa,” kata Hasto Kristiyanto, Sekjen DPP PDIP, seusai pertemuan.
Sekjen DPP Partai NasDem Johnny G Plate kala itu malah sudah secara terang-terangan menyebut PAN sebagai sahabat baru dalam koalisi parpol pemerintah.
“Kehadiran PAN sebagai sahabat baru dalam koalisi pemerintahan justru akan memperkaya dan memperkuat pandangan hingga ide-ide baru,” kata dia.
Satu politikus di internal koalisi parpol pendukung pemerintah yang meminta kepada Suara.com agar namanya tak ditulis, mengungkapkan, Jokowi sebenarnya sudah sejak lama mengajak PAN bergabung dalam koalisi.
“Kalau kami sebenarnya sudah mendapatkan informasi itu (PAN diajak bergabung dengan pemerintah). Sejak beberapa bulan yang lalu lah,” kata dia, Rabu 8 September.
Menurutnya, posisi kuat Zulkifli Hasan sebagai Ketua Umum PAN disebut berpengaruh besar yang menentukan partai itu bergabung ke koalisi pemerintah.
“Memang dalam Pilpres 2019, PAN tak memberikan dukungan. Tapi ketika Zulkifli Hasan mempunyai posisi yang kuat dan punya kesempatan untuk mendukung Pak Jokowi kembali, ya alhamdulillah Pak Jokowi merespons positif,” tuturnya.
Wakil Ketua Umum DPP PAN Viva Yoga, tidak mau menanggapi informasi bahwa PAN sudah jauh-jauh hari mendapat tawaran masuk koalisi pemerintah.
Viva Yoga menuturkan, alasan PAN baru memutuskan bergabung dalam koalisi pemerintah melalui rakernas akhir Agustus adalah karena memomentum yang pas.
“Ya karena momentum dan takdirnya baru sekarang bergabung dengan partai koalisi pemerintah,” kata Viva.
Setidaknya, Viva mengungkapkan ada dua hal yang menjadi dasar keputusan PAN bergabung dalam koalisi pemerintah.
Pertama, memperkuat barisan di pemerintahan bersama partai koalisi agar dapat berkontribusi dalam membangun bangsa dan negara melalui jalur pemerintahan.
Menurutnya, upaya pemerintah mengendalikan pandemi covid 19 dan mempercepat program pemulihan ekonomi nasional, perlu didukung agar masyarakat bisa hidup dan bekerja secara normal.