Heboh! Dimakamkan Oleh Ratusan Orang, Driver Ojol di Surabaya Ternyata Positif Corona

Novel Coronavirus (nCoV) alias virus corona yang sedang mewabah di China. (Shutterstock)
Ilustrasi. (Shutterstock)

Heboh! Dimakamkan Oleh Ratusan Orang, Driver Ojol di Surabaya Ternyata Positif Corona

JAMBISERU.COM – Kabar tidak mengenakkan bagi driver Ojek Online (Ojol) di Surabaya. Seorang driver disana, dinyatakan meninggal karena virus Corona. Parahnya, proses pemakaman driver tersebut dilakukan tanpa protokol Covid-19 dan bahkan diiringi oleh ratusan orang.

Baca JugaCegah Karhutla, Aplikasi Asap Digital Akan Dibuat

Bacaan Lainnya

Ketua Gugus Kuratif Penanganan Covid-19 Jatim, dr. Joni Wahyudi mengatakan, pasien yang driver Ojol tersebut, berdasarkan pemeriksaan dipastikan positif Corona.

“Dalam pemeriksaan yang dilakukan RSU dr Soetomo, ditemukan flek di paru-paru yang bersangkutan. Yang bersangkutan juga memiliki penyakit bronkitis,” terang dr Joni di Gedung Negara Grahadi Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Selasa (9/6/2020).

dr Joni menjelaskan, sebelum meninggal, wanita itu mengalami patah tulang karena kecelakaan. Saat rapid test, wanita itu nonreaktif. Lalu dilakukan city scan dengan hasil lebih sensitif. Setelah itu, pasien dirujuk dari rumah sakit swasta ke RSU dr Soetomo hingga dilakukan pemeriksaan.

“Kita punya sistem scoring, apakah pasien ini berisiko terkena Covid-19 atau tidak. Karena memenuhi scoring, akhirnya dilakukan swab. Swab perlu waktu untuk mendiagnosa adanya Corona atau tidak,” tambah dr Joni.

Setelah dilakukan swab, pasien tersebut lalu sempat akan dioperasi karena patah tulang. Namun sebelum dioperasi pasien dinyatakan meninggal dunia.

dr Joni yang juga menjabat sebagai Direktur Utama (Dirut) RSU dr Soetomo ini menyebut, pihak keluarga sebenarnya mengerti bahwa pasien ini positif Covid-19. Namun keluarga pasien ngotot hasil rapid test nonreaktif.

Baca JugaDiduga Lakukan Penyekapan, Lembaga Rehabilitas CRC Dilabrak Warga

“Pemulasaran jenazah diminta pihak rumah sakit sudah sesuai protokol karena status PDP, tapi keluarga tidak mau sesuai protokol. Padahal justru rapid negatif yang bahaya karena belum terbentuk antibodi,” paparnya. (tra)

Sumber : Kumparan.com

Pos terkait