Cerita Kapten Dasep Sobirin, Pilot Pesawat Twin Otter yang Hilang di Papua

Ilustrasi Pesawat dalam Badai (pixabay/Finmiki)
Ilustrasi Pesawat dalam Badai (pixabay/Finmiki)

JAMBISERU.COM – Amrullah Hasyim, Kapten Pilot Senior yang juga Instruktur pada pesawat Twin Otter DHC6-400 milik maskapai penerbangan Carpediem Air menerangkan bahwa Kapten Pilot Dasep Ishak Sobirin yang mengawaki pesawat Twin Otter PK-CDC yang hilang kontak pada Rabu (18/9/2019) merupakan seorang pilot senior yang sudah berpengalaman menerbangi wilayah udara Papua.

BACA JUGANama Dicatut Penipu, Kabid SMA Diknas Provinsi Jambi Lapor Polisi

“Beliau itu termasuk pilot senior dengan jam terbang sekitar 18.000 karena sudah lama. Beliau sempat terbang di Bouraq, kemudian di Avia Star dengan pesawat jenis Twin Otter DHC6-300. Kemudian bergabung dengan maskapai Airborne dengan pesawat jenis Twin Otter DHC6-300 di daerah Kalimantan dan terakhir bergabung dengan Carpediem sejak September 2018,” kata Kapten Amrullah.

Bacaan Lainnya

Ia mengatakan hampir semua rute di wilayah pedalaman Papua telah diterbangi oleh Pilot Dasep sehingga ia cukup menguasai medan di pulau yang dikenal sebagai salah satu daerah paling berbahaya bagi dunia penerbangan (dangerous area in the world) ini.

Menurut Kapten Amrullah, Pilot Dasep merupakan sosok yang rendah hati.

Juniornya pada Flying School Juanda Surabaya angkatan ke-5 itu dikenal sangat respek terhadap orang lain.

“Kesehariannya dia orangnya sangat humble. Kalau bertemu teman lama, selalu berpelukan, termasuk kepada saya. Selalu respek kepada siapapun. Meskipun dia junior saya (Kapten Amrullah angkatan ke-3 Flying School Juanda), tapi dari segi jam terbang dan kemampuan skill-nya sudah cukup matang,” kata Kapten Amrullah.

Hingga kini nasib Pilot Dasep bersama dua orang kru yaitu Co-Pilot Yudha dan Ujang selaku mekanik serta seorang penumpang pesawat Twin Otter DHC6-400 PK-CDC itu belum diketahui.

Posko utama SAR di Bandara Mozes Kilangin Timika pada Minggu (22/9) mengonfirmasikan telah menemukan benda-benda yang diduga serpihan pesawat Twin Otter PK-CDC tersebut di lereng pegunungan Distrik Hoeya, Kabupaten Mimika pada ketinggian 13.453 kaki atau sekitar 3.900 meter di atas permukaan laut.

Serpihan yang diduga milik pesawat Twin Otter PK-CDC itu diketahui berada pada koordinat 4 derajat 7 menit 27,11 Lintang Selatan dan 137 derajat 29 menit 18,39 Bujur Timur.

Kondisi cuaca berkabut menghalangi pencarian pesawat hilang kontak di pedalaman Papua, Jumat (20/9/2019) (Antara/Kantor SAR Timika)
Kondisi cuaca berkabut menghalangi pencarian pesawat hilang kontak di pedalaman Papua, Jumat (20/9/2019) (Antara/Kantor SAR Timika)

Lokasi itu berjarak sekitar 44 notical mile pada radial 58 derajat dari Timika.

Meski begitu, Kapten Amrullah masih berharap junior dan rekan-rekannya bisa ditemukan dalam keadaan selamat.

“Harapan saya kawan-kawan saya dalam kondisi sehat, mereka mungkin belum mendapat pertolongan saja. Dengan tidak memancarnya signal peralatan ELT (Emergency Locator Transmitter), ada harapan kawan-kawan saya bisa ditemukan dalam kondisi sehat. Tapi apapun juga kami semua harus siap menerima kenyataan,” katanya.

Sehari sebelum insiden hilang kontaknya pesawat Twin Otter PK-CDC itu, tepatnya pada Selasa (17/9/2019), Kapten Amrullah mendampingi Pilot Dasep terbang dari Bandara Mozes Kilangin Timika menuju Ilaga, Kabupaten Puncak dengan pesawat yang sama.

“Hari Selasa pagi saya terbang dengan beliau ke Ilaga lalu kembali ke Timika dan melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Ternyata hari Rabu (18/9/2019) terjadilah insiden ini sehingga saya harus kembali ke Timika pada Kamis (19/9/2019).

Terkait pencarian pesawat Twin Otter PK-CDC yang hilang kontak tersebut, pada Senin pagi ini Posko utama operasi SAR di Bandara Timika mengerahkan sejumlah armada helikopter didukung dua pesawat milik TNI AU dan pesawat Twin Otter PK-CDJ milik PT Carpediem untuk persiapan mengevakuasi para korban dan serpihan pesawat di lokasi kecelakaan ke Timika jika ditemukan.

BACA JUGADiduga Akibat Gas Meledak, Bedeng 16 Pintu Hangus

Komandan Lanud Yohanes Kapiyau Timika Letkol Penerbang Sugeng Sugiharto mengatakan operasi SAR untuk persiapan evakuasi para korban harus dilakukan secepatnya dalam waktu paling lama dua jam lantaran kondisi cuaca di lokasi kecelakaan pesawat Twin Otter PK-CDC sangat cepat berubah karena pertumbuhan awannya cepat dan selalu tertutup awan tebal. (ndy)

Pos terkait