Jambiseru.com – Perdebatan “mana yang lebih berbahaya” antara *rokok konvensional* dan *vape (rokok elektrik)* telah beralih dari sekadar sensasi menjadi isu kesehatan masyarakat yang mendesak pada tahun 2025. Meskipun vape sering diposisikan sebagai alternatif yang “lebih aman,” data ilmiah terus berkembang, menyoroti risiko unik dari kedua produk ini.
Artikel ini akan mengurai risiko jangka panjang, kandungan racun, serta peran vape sebagai alat berhenti merokok versus gerbang kecanduan bagi non-perokok.
1. Perbedaan Racun Utama: Pembakaran vs Aerosol
Perbedaan mendasar dalam proses konsumsi menentukan jenis racun yang masuk ke tubuh:
* *Rokok Konvensional:* Bahaya utamanya berasal dari *pembakaran* tembakau. Pembakaran menghasilkan *tar* dan *karbon monoksida*. Tar adalah zat karsinogenik yang melapisi paru-paru dan menyebabkan kanker serta PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis). Karbon monoksida mengurangi kapasitas darah mengangkut oksigen, merusak jantung dan pembuluh darah.
* *Vape:* Bahaya utamanya berasal dari *pemanasan* cairan (e-liquid) hingga membentuk *aerosol* (uap). Meskipun tidak mengandung tar atau karbon monoksida, aerosol vape mengandung partikel ultrahalus, *nikotin* yang sangat adiktif, serta zat kimia berbahaya lain seperti *formaldehida* dan *diacetyl* (bahan perasa yang terkait dengan penyakit paru-paru serius, popcorn lung).
*Kesimpulan Racun:* Rokok mengandung ribuan zat kimia mematikan yang terbukti, sementara vape memiliki konsentrasi zat beracun yang jauh lebih rendah, tetapi membawa risiko unik dari paparan partikel halus dan bahan kimia perasa.
2. Risiko Jantung: Dampak Senyap Nikotin dan Pembuluh Darah
Baik rokok maupun vape memberikan dampak negatif yang signifikan pada sistem kardiovaskular, yang merupakan salah satu fokus kesehatan dengan CPC tertinggi.
*Intinya:* Vape menghilangkan karbon monoksida, namun mempertahankan—bahkan dalam beberapa kasus, meningkatkan—asupan *nikotin*, yang merupakan pemicu utama kerusakan jantung dan pembuluh darah.
3. Kontroversi Vape: Gerbang Kecanduan atau Jalan Keluar?
Peran vape dalam kesehatan masyarakat masih kontroversial dan membagi kalangan ahli:
* *Sebagai Alat Berhenti Merokok (*Smoking Cessation Aid):* Vape terbukti dapat membantu sebagian perokok dewasa beralih dan mengurangi ketergantungan pada rokok konvensional. Bagi perokok berat yang tidak berhasil dengan metode lain, vape dapat menjadi *harm reduction (pengurangan bahaya), karena menghilangkan pembakaran tar.
* *Sebagai Gerbang Kecanduan (*Gateway Drug):* Kritik terbesar terhadap vape adalah dampaknya pada remaja dan non-perokok. Rasa manis dan desain yang menarik membuat vape menjadi populer di kalangan yang tidak pernah merokok sebelumnya, menciptakan **generasi baru pecandu nikotin*.
4. Mana yang Lebih Berbahaya? Perspektif 2025
Berdasarkan konsensus ilmiah saat ini:
* *Bagi NON-PEROKOK:* Vape jauh lebih berbahaya daripada tidak merokok sama sekali. Vape memperkenalkan nikotin dan zat kimia asing ke dalam tubuh yang bersih, meningkatkan risiko penyakit jantung, paru-paru, dan kecanduan.
* *Bagi PEROKOK AKTIF:* Beralih total dari rokok konvensional ke vape dapat menjadi strategi *pengurangan bahaya* yang signifikan, karena menghilangkan paparan tar dan karbon monoksida. Namun, ini hanya bermanfaat jika mereka berhenti sepenuhnya dari rokok konvensional dan, idealnya, mengurangi penggunaan vape secara bertahap.
Pilihan paling aman bagi siapa pun, baik perokok maupun non-perokok, adalah *menghindari semua produk nikotin dan tembakau* sepenuhnya. (*)