Oleh : Al Haris *
Alhamdulillah, saya sempat menghadiri dan menyaksikan secara langsung penandatanganan perjanjian kerja sama antara Direktur Utama Batik Air dengan Bupati Bungo. Kerja sama ini bukan sekadar seremoni di atas meja, tetapi ikhtiar nyata untuk membuka akses, memendekkan jarak, dan mempermudah urusan masyarakat Jambi, khususnya wilayah barat.
Perjanjian ini berkaitan dengan penyediaan armada pesawat Batik Air untuk melayani penumpang domestik rute Bandara Muara Bungo (BUU) menuju Bandara Soekarno-Hatta (CGK). Insya Allah, penerbangan ini direncanakan mulai beroperasi pada bulan Januari. Artinya, dalam waktu yang tidak terlalu lama, masyarakat Bungo dan sekitarnya akan memiliki pilihan transportasi udara yang lebih cepat, lebih nyaman, dan lebih manusiawi.
Saya selalu percaya, akses transportasi bukan hanya soal mobilitas, tetapi soal keadilan. Ketika sebuah daerah mudah dijangkau, maka peluang ekonomi terbuka, investasi datang, dan aktivitas masyarakat menjadi lebih efisien. Jambi wilayah barat selama ini memiliki potensi besar—dari sumber daya alam, perdagangan, hingga pergerakan manusia—yang perlu ditopang oleh konektivitas yang memadai.
Paragraf-paragraf kebijakan sering kali terdengar rumit, padahal di lapangan sesederhana ini: masyarakat ingin cepat sampai, aman, dan terjangkau.
Kehadiran Batik Air yang akan melayani rute Muara Bungo–Jakarta adalah jawaban atas kebutuhan itu. Tidak semua urusan bisa diselesaikan lewat jalur darat yang memakan waktu panjang. Ada kepentingan keluarga, kesehatan, pendidikan, hingga urusan ekonomi yang membutuhkan kecepatan. Negara, melalui pemerintah daerah dan dukungan maskapai, wajib hadir di titik-titik kebutuhan tersebut.
Tentu saja, penerbangan tidak berdiri sendiri. Infrastruktur bandara harus terus dibenahi. Saat ini, Bandara Muara Bungo sedang dalam tahap pekerjaan apron bandara. Ini bagian penting yang sering tidak terlihat, tetapi menentukan kelancaran operasional pesawat dan keselamatan penerbangan. Pekerjaan ini adalah fondasi, bukan hiasan.
Pembangunan memang kerap diuji oleh waktu dan kesabaran. Tapi saya selalu menanamkan pada diri sendiri dan jajaran, bahwa yang pelan asal pasti lebih baik daripada cepat tapi rapuh.
Insya Allah, pada tahun 2026 mendatang, Pemerintah Provinsi Jambi juga merencanakan pembangunan Gedung VIP Bandara Muara Bungo. Bukan untuk kemewahan, melainkan untuk mendukung standar pelayanan bandara yang lebih baik, lebih tertib, dan lebih profesional. Pelayanan publik harus naik kelas, seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat.
Bandara bukan hanya pintu keluar-masuk pesawat. Ia adalah wajah daerah. Kesan pertama orang luar tentang Jambi wilayah barat sering kali dimulai dari bandara. Maka, wajah itu harus rapi, ramah, dan mencerminkan kesungguhan kita membangun.
Saya memahami, masih banyak yang harus dibenahi. Tidak semua bisa selesai dalam satu malam. Tapi setiap kerja sama, setiap pembangunan apron, setiap rencana gedung, adalah potongan kecil dari puzzle besar bernama kemajuan daerah.
Sebagai pemimpin, tugas saya bukan hanya meresmikan, tetapi memastikan arah. Bahwa pembangunan transportasi udara ini benar-benar memberi manfaat bagi masyarakat luas, bukan hanya segelintir orang. Bahwa kebijakan yang diambil hari ini bisa dirasakan dampaknya bertahun-tahun ke depan.
Pada akhirnya, semua kembali pada niat. Jika niat kita melayani, maka kerja akan menemukan jalannya. Jika niat kita memudahkan, maka tantangan akan terasa lebih ringan. Saya percaya, dengan kerja sama, kesabaran, dan doa, akses udara Jambi wilayah barat akan terus membaik.
Dan seperti biasa, tugas kami adalah terus bekerja—tenang, konsisten, dan berpihak pada kepentingan masyarakat. (*)
* Al Haris, Gubernur Jambi







