Review Film Indonesia Ben dan Jody

Review film indonesia ben & jody
Review film indonesia ben & jody

Review Film Indonesia Ben dan Jody

Jambi Seru – Film Aksi indonesia Ben & Jody tampil menghentak di layar lebar untuk para penonton yang setia mengikuti film Filosofi Kopi.

Melalui serangkaian berita yang telah dipublikasikan melalui sosial media Visinema dan Ben & Jody, para penonton telah diberikan pandangan bahwa kali ini genre IP Filosofi Kopi akan dibawa berubah menjadi sebuah genre aksi, sehingga jika harapan yang ditampilkan adalah adegan-adegan drama tentunya tidak akan terwujud, namun para penonton telah disiapkan untuk menghadapi adegan-adegan aksi , terlebih sekali saat Yayan Ruhian diperkenalkan akan hadir sebagai karakter AA Tubir.

Pada awal pembuka, penonton dihadapkan pada masalah keseharian yang sering dibaca dan diketahui secara umum, namun terlupakan, yaitu masalah pengalihan lahan ulayat menjadi lahan bisnis. Benang merah permasalahan ini telah disisipkan pada Filosofi Kopi terdahulu, hadir pada masa lalu Ben (Chicco Jerikho), yang membuatnya hadir mengawal untuk meminta perbaikan ataupun negosiasi dilakukan untuk kepentingan masyarakat banyak.

Penonton masih dapat merasakan alur cerita yang berjalan dengan lambat dan tenang. Hingga akhirnya Ben pun dikabarkan hilang. Jody (Rio Dewanto) pun sebagai sahabat dan keluarga Ben pun akhirnya sampai pada keputusan untuk mencari tahu keberadaan Ben.

Jody pun mulai membawa penonton memasuki zona aksi , dimulai saat ia pun mulai merasa gelisah dan memutuskan untuk lebih menggali lebih dalam , mengenai apa yang sebenarnya terjadi dengan Ben.

Transisi ini dilakukan dengan perlahan namun pasti, sehingga dapat dikatakan tonggak penentu perubahan genre jatuh pada pundak Jody.

Setelah itu penonton akan diajak untuk menyaksikan bagaimana pasukan pengaman yang dipimpin oleh Aa Tubir (Yayan Ruhiyan) , melakukan tindakan-tindakan penjagaan dan melakukan segala hal demi mencapai tujuannya.

Dialog-dialog “macho” yang banyak tampil, memperhalus transisi ini dan penontonpun sedianya mulai mengharapkan yang dijanjikan sedari awal, yaitu adegan aksi.

Hal ini lalu ditampilkan oleh Angga Dwimas Sasongko dengan ritme cepat, terhitung sejak Ben dan Jody akhirnya bertemu. Penonton akan dihujani serentetan adegan aksi tembak menembak, kejar kejaran dan tentunya yang paling ditunggu-tunggu adalah adegan perkelahian yang koreo nya disusun oleh Yayan Ruhian.

Secara keseluruhan penonton akan melihat perbedaan bagaimana adegan perkelahian yang dilakukan untuk bisa menyelamatkan diri , dibandingkan dengan adegan yang berlangsung dilakukan oleh karakter yang memiliki dasar bela diri.

Perbedaan koreo yang manis dan adegan perkelahian ini dihadirkan dalam waktu yang sangat panjang, sehingga memuaskan para penontonnya.

Ditambah lagi saat adegan kejar mengejar dengan kendaraan, ditampilkan dengan sudut pengambilan yang tepat, sehingga memberikan gambaran yang memuaskan bagi pencinta genre aksi.

Dapat dikatakan film aksi Ben dan Jody tampil sesuai dengan yang dijanjikan, adapun mengenai alur cerita . Nampaknya pesan dari Glen Fredly yang dekat dengan para pemain dan kru yang terlibat dari awal dalam IP Filosofi Kopi ini, diterapkan dengan baik. Glen Fredly sangat ingin sekali agar ada adegan aksi seperti layaknya film-film di Hollywood , juga ada di film-film Indonesia, namun harus memiliki makna.(red)

Sumber: Cinemags (partner Jambiseru)

Pos terkait