Aransemen visual mulanya terus menjadi diperkuat dengan aturan nada yang digubah oleh Krisna Sempurna. Penentuan perlengkapan menggosok konvensional rebab selaku instrumen penting lumayan efisien menghasilkan opini susah, misterius, serta mengerat. Tidak hanya rebab, piano pula dipakai pada bagian2 akhir film.
Akhir tutur,“ Siti” sekali lagi merupakan hidangan sinematik yang efisien serta minimalis berbalut faktor lokalitas yang bukan hanya tempelan. Buatan yang alami tetapi senantiasa berpuitik. Kesederhana- wajaran inilah yang membuat catatan serta tujuan film ini tersampaikan. Eddie Cahyono( yang pula mendobel selaku pengarang dokumen) tidak menggiring pemirsa ke suatu akhir, melainkan mengarah tepi laut yang besar leluasa tanpa batasan.“ Siti” pada kesimpulannya merupakan mengenai Siti yang menjaga hidup.
Bonus, film ini wajib berkelana di festival- festival terlebih dulu saat sebelum mendobrak jaringan bioskop mainstream. (nas)
Sumber: Cinemagscoid( partner Jambiserucom)