Gokil! Sinopsis Film The Dark Tower 2017: Petualangan Gunslinger di Dua Dunia!

Sinopsis Film The Dark Tower 2017
Sinopsis Film The Dark Tower 2017.Foto: Istimewa

​FILM, Jambiseru.com – Buat yang mager baca panjang, ini intinya aja! Film The Dark Tower (2017) ini berkisah tentang Jake Chambers, seorang bocah dari New York yang punya visi aneh tentang dunia lain. Dalam mimpinya, ia melihat seorang pria berkemeja hitam (Man in Black) yang mencoba menghancurkan sebuah menara besar dan seorang Gunslinger (penembak jitu) yang berusaha menghentikannya.

Setelah Jake menemukan portal ajaib, ia malah terlempar ke Mid-World dan bertemu langsung dengan Gunslinger bernama Roland Deschain. Keduanya pun kerja sama demi menghentikan Man in Black, Walter Padick, yang ingin menghancurkan The Dark Tower, yaitu menara legendaris yang menjadi pondasi seluruh realitas. Perjalanan mereka yang seru ini tidak hanya melintasi gurun pasca-apokaliptik, tetapi juga membawa mereka kembali ke New York untuk pertarungan terakhir.

​Gila! Dunia yang Beda Banget, Kenapa Jake Sampai Ke Sana?

Bacaan Lainnya

​Film ini dimulai dengan memperkenalkan Jake Chambers (diperankan Tom Taylor) di New York City. Jake sering mengalami mimpi buruk atau visi yang sangat nyata tentang sosok jahat bernama The Man in Black, seorang koboi Gunslinger, dan sebuah menara yang terancam runtuh. Visi-visi ini membuat Jake sering mendapat masalah di sekolah dan dianggap sebagai gejala trauma akibat kematian ayahnya. Padahal, Jake memiliki kemampuan psikis yang langka dan kuat, yang dikenal sebagai “The Shine”.

​Di Mid-World, sebuah dunia paralel yang terlihat seperti era Old West pasca-apokaliptik, The Man in Black, yang bernama asli Walter Padick (Matthew McConaughey), adalah seorang penyihir jahat. Tujuannya sangat mengerikan: ia bertekad menghancurkan The Dark Tower, sebuah struktur mistis di pusat alam semesta yang menopang seluruh realitas. Untuk mencapai tujuannya, Walter menculik anak-anak dengan kemampuan “Shine” seperti Jake, karena kekuatan mereka dapat digunakan sebagai senjata untuk menjatuhkan menara tersebut.

​Suatu hari, ketika Jake menyadari bahwa para “pekerja sosial” yang datang menjemputnya sebenarnya adalah monster suruhan Walter yang menyamar , ia melarikan diri dan menemukan sebuah portal tersembunyi. Portal itu membawanya langsung ke Mid-World. Di sana, ia bertemu dengan Roland Deschain (Idris Elba), The Last Gunslinger yang tersisa. Roland memiliki misi pribadinya untuk membalas dendam kepada Walter karena telah membunuh ayahnya dan semua gunslinger lainnya.

Awalnya, Roland skeptis terhadap Jake, tetapi setelah Jake menceritakan visi-visinya, mereka menyadari bahwa mereka memiliki musuh yang sama. Keduanya pun membentuk aliansi dan memulai perjalanan bersama untuk menghentikan Walter dan menyelamatkan menara yang menjadi jantung seluruh alam semesta.

​Perjalanan mereka membawa mereka kembali ke New York City. Di Bumi, Roland yang hanya mengenal dunia gurunnya merasa kaget dan bingung melihat peradaban modern, yang menjadi salah satu sumber humor dalam film. Namun, situasi menjadi serius ketika Walter menemukan Jake, yang pada akhirnya memicu pertarungan puncak. Jake mendapati ibunya telah tewas di tangan Walter, yang membuat Roland bersumpah untuk membalas dendam atas kematiannya. Pertarungan epik pun terjadi, menentukan nasib semua dunia yang ada.

​Sayangnya, banyak kritikus dan penonton menilai plot film ini terasa terlalu terburu-buru dan tidak terorganisir. Dengan durasi hanya 95 menit , film ini tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengadaptasi seri novel Stephen King yang sangat masif dan kompleks. Film ini cenderung melompat dari satu adegan ke adegan lain tanpa memberikan banyak latar belakang atau penjelasan, sehingga hanya terasa seperti “sepotong kecil” dari keseluruhan cerita yang jauh lebih besar. Pendekatan ini membuat penonton baru yang tidak familiar dengan novelnya merasa “tersesat”.

Alih-alih memperkenalkan dunia yang kaya, film ini malah berasumsi penonton sudah tahu banyak hal dan bahkan diposisikan sebagai “sekuel” dari novelnya , yang justru tidak berhasil menarik audiens baru.
​Gunslinger vs. Man in Black: Siapa Paling Slay?

​Salah satu kekuatan terbesar dari film ini adalah para pemerannya yang berkaliber tinggi. Idris Elba, sebagai Roland Deschain, mendapatkan banyak pujian dari kritikus. Ia berhasil membawakan karakter Gunslinger yang kaku dan tertutup dengan sangat baik, namun tetap menunjukkan sisi rentan dan emosionalnya, terutama dalam hubungannya dengan Jake. Akting Elba dianggap sebagai salah satu bagian paling cemerlang dari film ini.

​Di sisi lain, chemistry antara Idris Elba dan aktor muda Tom Taylor (Jake Chambers) adalah bagian yang paling menyentuh dan menjadi “jantung” dari film ini. Roland melihat Jake sebagai “anak angkat,” dan Jake menganggap Roland sebagai sosok ayah. Hubungan mereka terasa tulus dan menjadi jangkar emosional yang kuat di tengah alur cerita yang berantakan. Tom Taylor, yang saat itu baru berusia 16 tahun, mampu mengimbangi akting senior sekelas Elba dan McConaughey.

​Namun, peran Matthew McConaughey sebagai Walter Padick alias The Man in Black justru dikritik habis. Meskipun karakternya di novel sangat kaya dan penuh dimensi, Matthew McConaughey memerankannya dengan cara yang dianggap “kurang greget” dan terasa hampa. Portrayel karakternya terasa dangkal dan datar, padahal ia adalah seorang penyihir yang sangat jahat.

​Kesenjangan kualitas akting ini menimbulkan masalah besar. Meskipun hubungan Roland dan Jake terasa kuat dan intim berkat chemistry Elba dan Taylor, konflik utama dengan Walter menjadi kurang seru dan tidak menegangkan. Ini menunjukkan bahwa bahkan dengan aktor sekelas Idris Elba, sebuah film dapat gagal jika karakter antagonisnya tidak memiliki kedalaman yang cukup untuk menopang cerita secara keseluruhan.

​Sebagai kesimpulan, The Dark Tower adalah film yang ambisius  namun sayangnya terhambat oleh eksekusi yang kurang matang. Film ini memiliki potensi besar dengan premis yang menarik dan aktor-aktor hebat. Namun, keputusan untuk memadatkan materi novel yang sangat tebal menjadi film berdurasi singkat dan dengan anggaran terbatas akhirnya menjadi bumerang.

​Jadi, apakah film ini worth it ditonton? Jawabannya tergantung.

– Untuk penonton yang belum pernah baca novelnya: Film ini bisa jadi tontonan yang menghibur, tapi jangan berharap banyak dari segi plot yang mendalam. Anggap saja ini sebagai perkenalan ringan ke dunia epik Stephen King.

– Untuk para penggemar novel: Lebih baik siapkan ekspektasi yang rendah. Film ini sangat berbeda dengan novelnya, bahkan bisa dibilang “melupakan wajah ayahnya”  (seperti kutipan ikonis di trailer).

​Meskipun film ini memiliki banyak kekurangan, setidaknya film ini berhasil menampilkan beberapa momen intim yang kuat berkat chemistry yang solid antara Idris Elba dan Tom Taylor. Pada akhirnya, The Dark Tower adalah contoh dari proyek yang mencoba melangkah terlalu jauh dengan sumber daya yang terbatas, sehingga gagal untuk benar-benar bersinar. (fok)

Pos terkait