Dari Film G 30 S PKI yang Mengerikan

Film G 30 S PKI
potret keluarga AH Nasution (istimewa)

Jambi Seru – Film G 30 S PKI sudah ditayangkan beberapa stasiun tv nasional sejak 29 sampai 30 September 2022 lalu. Ada kisah pilu mengerikan tentang kebiadan gerakan PKI tersebut.

Kisah mengeriakan gerakan 30 September 1965 oleh PKI ini, direkam dalam film yang berjudul sama. Film ini menjadi film “wajib” yang diputar setiap tanggal 30 September oleh TV-TV nasional.

Ini adalah sejarah kelam dalam perpolitikan di Indonesia. Gerakan yang menyebabkan jenderal-jenderal kehilangan nyawa.

Bacaan Lainnya

Dilansir laman Suara.com (partner Jambiseru.com), dari artikel asli yang ditayangkan berjudul “Kisah Tragis Pengawal Jadi Tumbal, Kesaksian Eks Cakrabirawa Penjemput AH Nasution Disiksa hingga Dipaksa Mengakui PKI“, dikisahkan mantan anggota Cakrabirawa era Soekarno asal Purbalingga, Sulemi (77), keberuntungannya hari ini adalah ia masih dibiarkan hidup.

Selain itu, Sulemi sudah merasakan berbagai bentuk siksaan di dalam penjara. Hingga rasa sakit itu masih terngiang sampai sekarang. Luka siksa itu masih membekas di tubuhnya. Ia menderita trauma berkepanjangan.

Kuku jempol kakinya yang dicabut paksa menggunakan tang di penjara kini tidak bisa tumbuh normal. Siksa lainnya, kedua tangannya diikat ke kursi, lalu tubuhnya disetrum dengan tegangan listrik tinggi sampai tubuhnya terpental.

Ia juga mengisahkan kakinya pernah dijepit dengan kaki kursi, lalu diduduki dengan sekuat tenaga oleh petugas yang menyiksanya.

Orang boleh tak memercayai ceritanya. Namun Sulemi siap menanggung risiko atas kebenaran dia sampaikan. Sulemi yang seorang muslim bahkan berani bersumpah atas nama Allah jika yang ia katakan sesuai fakta.

Ia lelaki yang punya prinsip. Bahkan dalam kondisi tertekan, saat dituduh komunis, Sulemi enggan mengakui sebagai komunis. Ia selalu menolak dikaitkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Bagaimana mungkin, seorang prajurit bawahan sepertinya sempat berurusan dengan partai apalagi ideologi komunis. Sebagaimana prajurit lain, dalam pikirannya yang adalah bagaimana melindungi negara, termasuk kepala negara yang menjadi tugas pokoknya sebagai Cakrabirawa.

“Saya lebih baik mati disiksa daripada harus mengakui sebagai komunis,” katanya.

Kisah G 30 S PKI

Pos terkait