Harga TBS Naik, Petani di Muaro Jambi Tetap Mengeluh
JAMBISERU.COM, Sengeti – Harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani mulai membaik. Kenaikan harga ini ternyata tidak membuat para petani bergembira. Masalahnya, sawit milik petani rata-rata sedang trek.
BACA JUGA : Test Scoratif Calon Panwascam Tebo Terkendala Gangguan Internet
“Harga naik. Tapi, buah sedang trek. Jadi tak ada artinya,” kata Sumar, petani asal Desa Sekernan.
Sumar menyebutkan bahwa, harga tandan buah segar sempat anjlok hingga Rp 650 perkilogram. Namun, sejak akhir November harga TBS ditingkat petani berangsur membaik. Harga TBS saat ini telah mencapai Rp 1.200 perkilogram.
“Ada juga yang sampai Rp 1.300 perkilo, tergantung buahnya,” sebut Sumar.
Selain itu, Sumar sendiri pesimis dengan kenaikan harga tersebut. Sumar meyakini dalam dua bulan ke depan harga TBS akan kembali anjlok.
“Ini cuman trik perusahaan, kalau lagi akhir tahun dinaikkan. Habis itu pasti turun lagi. Itu biasa terjadi. Apalagi kalau buah lagi trek, pasti harga naik,” ujarnya.
Sumar mengatakan, yang diinginkan petani sawit sebenarnya kestabilan harga. Berbeda dengan yang terjadi selama ini. Saat buah sawit milik petani bagus, maka harga tiba-tiba anjlok. Para petani akhirnya tidak dapat menikmati hasil kebunnya.
“Kalaupun harga saat ini naik, kami tidak bisa juga menikmati. Buah sawit sedang trek, jadi hasil yang kita dapat sama saja,” katanya lagi.
Hal senada turut diungkapkan pengepul sawit bernama Martono. Pria asal Desa Sekernan ini mengatakan bahwa, penghasilannya dari mengepul sawit tidak mengalami peningkatan sekalipun harga sawit telah meningkat.
“Buah sawit itu trek, jadi yang kita panen itu cuman sedikit. Kecuali kalau buah melimpah dan harga bagus. Maka penghasilan kami juga meningkat,” kata Martono.
Martono menyampaikan, petani sawit di Desa Sekernan belakangan ini memang tidak bersemangat merawat tanaman sawitnya. Masalahnya, harga TBS terlalu sering anjlok sehingga petani tidak mampu merawat dan memupuk tanaman sawitnya.
BACA JUGA : L300 Hantam Truk Fuso dari Belakang, Penumpang Asal Tebo Tewas Terjepit
“Sawit itu harus dirawat dan dipupuk. Kalau tidak, maka akan trek seperti sekarang ini,” kata Martono. (uda)