Hewan Langka Asal Sumatera Ini, Muncul di Gunung Leuser

kambing hutan
Kambing Hutan, hewan langka asal Sumatera.

Hewan Langka Asal Sumatera Ini, Muncul di Gunung Leuser

JAMBISERU.COM – Kamera pengintai yang terpasang di Gunung Leuser, belum lama ini berhasil merekam kemunculan Kambing Hutan, hewan langka asal sumatera. Kambing hutan tersebut tampak berjalan dan bekeliaran di kawasan tersebut.

Dari hasil rekaman kamera tersebut, tampak hewan yang memiliki nama ilmiah Capricornis sumatraensis itu berjumlah dua ekor. Mereka bermain di ketinggian gunung Leuser, Sumatera Utara. Kedua hewan tersebut memiliki tubuh yang kekar dan berwarna hitam keabu-abuan.

Bacaan Lainnya

Baca JugaMasyarakat di Malaysia Sudah Dibolehkan Rayakan Idul Adha

Perawakannya seperti kambing pada umumnya. Ia punya moncong yang mirip dengan kerbau, lengkap dengan tanduk lurus, ramping, melengkung ke belakang persis seperti tanduk antelop.

Di Indonesia, kambing hutan Sumatera penyebarannya hanya berada di pulau Sumatera. Status konservasinya saat ini diyakini rentan atau Vulnerable (VU), karena mengalami penurunan yang signifikan. Penurunan yang terjadi pada 20 tahun terakhir mencapai 30 persen. Hal ini terjadi akibat adanya perburuan maupun hilangnya habitat.

Kambing Hutan Sumatera ini termasuk satwa yang dilindungi. Keberadaan hewan ini sudah sangat jarang terlihat. Maka saat kambing hutan Sumatera tertangkap kamera pengintai, ini menjadi kabar yang sangat menggembirakan. Setidaknya ada tiga daerah dataran tinggi yang diketahui menjadi habitat habitat alaminya. Daerah tersebut yaitu Pegunungan Barisan di Selatan pulau Sumatera, Aceh utara, dan Gunung Kerinci yang terletak di bagian tengah pulau.

 

View this post on Instagram

 

Langka, Sepasang Kambing Hutan Sumatra di TN Gunung Leuser⚪ __________ Tubuhnya kekar tertutup rambut lebat dan kasar, berwarna hitam keabuan. Moncongnya mirip moncong kerbau. Sedang tanduknya lurus, ramping seperti tanduk antelop dan melengkung ke belakang. Kambing Hutan Sumatera alias Sumatran Serow di Indonesia penyebarannya hanya di pulau Sumatera. Status konservasinya saat ini rentan atau Vulnerable (VU) karena diyakini mengalami penurunan yang signifikan (mungkin lebih dari 30%, sejak 21 tahun terakhir) akibat perburuan maupun hilangnya habitat. Capricornis sumatraensis termasuk satwa yang dilindungi. Keberadaan kambing ini jarang terlihat. Alhamdulillah, satwa dari family Bovidae yang lebih sering soliter ini kedapatan berduaan pada penampakan kamera jebak di #tngunungleuser. Semoga mereka hidup aman dan lestari ya #KawanLeuser __________ #kambinghutansumatera #capricornissumatraensis #tngunungleuser #gunungleusernationalpark #leuser #videoleuser #ksdaehebat #kemenlhk #faunaleuser #nationalpark

A post shared by Taman Nasional Gunung Leuser (@gunungleusernationalpark) on

Selain di Indonesia, kambing hutan Sumatera juga dapat ditemukan di Semenanjung Thailand-Malaysia. Mereka hidup di ketinggian antara 200 hingga 3.000 di atas permukaan laut (mdpl). Biasanya menempati lereng-lereng curam atau semak belukar.

Baik betina maupun jantan punya bobot tubuh sekitar 30 hingga 45 kilogram, dengan tanduk rata-rata panjangnya mencapai 12 hingga 16 sentimeter. Musim kawin kambing hutan Sumatera terjadi antara bulan Oktober dan November. Masa kehamilan berlangsung selama 7 bulan. Seekor induk kambing bisa melahirkan satu ekor anak.

Umur maksimum hewan langka ini sekitar 20 hingga 21 tahun untuk jantan, dan 21 hingga 22 tahun untuk betina. Kambing hutan Sumatera termasuk hewan pemalu. Kendati mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di daratan, C. sumatraensis juga dikenal sebagai perenang yang ulung.

Kambing hutan Sumatera adalah spesies teritorial. Individu akan menandai wilayahnya menggunakan tumpukan kotoran. Sumber makanan utamanya adalah tumbuh-tumbuhan dan tanaman yang kaya akan nutrisi.

Baca JugaHasil Survei, Tingkat Kepercayaan Publik Pada DPR, KPK, TNI dan Polri Menurun

Pada 2008 silam, diperkirakan hanya tersisa antara 500 hingga 750 ekor kambing hutan Sumatera di Malaysia. Sedangkan di Indonesia, tidak ada catatan resmi berapa C. sumatraensis yang tersisa. Kendati begitu, hewan ini tampaknya masih banyak menyimpan misteri. Ini tak lain karena kemunculannya yang sangat jarang ditemukan. (tra)

Sumber : Kumparan.com

Pos terkait