“Foto yang dipasang harus maksimal. Tapi ndak boleh terlalu norak, supaya tamu-tamu jadi penasaran,” ungkap S yang terlihat lebih berpengalaman di dunia aplikasi.
Malah, ia juga menjelaskan ketika ada pria yang menambahkannya sebagai teman di aplikasi, sikapnya akan seperti wanita baik-baik. Polos. Tak berdosa. Dan menahan diri sampai akhirnya si pria membuka pembicaraan ke arah “itu”.
“Biasa pada chat ke 5 ke 6 sudah mulai tu kelihatan. Nah, di sini kita juga menilai keseriusan dia,” tambah S.
Kalau si pria teman baru itu terus menanyakan dan meminta bertemu, barulah pelan-pelan S membuka diri. Tapi belum ada transaksi ke jasa “bermesraan”.
“Pokoknya kalau saya, harus ketemu dulu. Misalnya di tempat karaoke,” ujarnya.
Setelah pertemuan dan nyanyi bareng di tempat karaoke, baru pembahasan lanjutan dibahas di tempat itu. Setelah cocok harga dan waktu, barulah “eksekusi” dilakukan di hotel.
Dengan cara ini, S mengaku bisa menghindari intel-intel yang bekerja di aplikasi-aplikasi pertemanan itu.
“Intel polisi banyak di aplikasi, makanya harus hati-hati,” tambah R.
R mengaku rekannya yang lain pernah terjebak gara-gara bertransaksi dengan intel polisi. Namun tak ditangkap karena rekannya itu membatalkan setelah curiga pada pertemuan pertama.
Lalu, aplikasi apakah yang sering dipakai para “pencari cinta” di Kota Jambi?
Ditanya ini, R dan S kompak menyebut 4 aplikasi. Yakni: Beetalk, Bigo, Wechat dan Michat.
“Dulu banyak yang pakai Beetalk. Tapi karena sekarang fitur pencarian di sekitar dihapus, terpaksa nggak pakai lagi,” tutur S.
Di Bigo, biasanya dipakai untuk mempromosikan diri. Sedang transaksi pertemuan dilakukan di Wechat atau Michat.
“Kalau sekarang banyak yang pakai Michat,” jelas S kepada Jambi Seru.
Lalu bagaimana dengan media sosial lain, seperti Instagram atau Facebook? Apakah juga digunakan sebagai penjaring “tamu”?
S menuturkan, beberapa tahun lalu ia menggunakan medsos. Namun sejak aplikasi-aplikasi pertemenan muncul, media sosial mulai ditinggalkannya.
“Yang jelas harus punya fitur pencarian sekitar. Itu aja sih,” tutupnya.
Lewat penuturan S dan R, diketahui bahwa aplikasi yang memiliki fitur pencarian sekitar rawan disalahgunakan. Namun, jangan salahkan aplikasinya, salahkan penggunanya yang memang sudah niat menyalahgunakan aplikasi tersebut.
Beberapa pengguna ada juga yang bertujuan mencari teman lewat aplikasi tersebut. Misalnya M (19), mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jambi. Ia mengaku menggunakan aplikasi Wechat untuk mencari sahabat sebanyak-banyaknya.
“Di Cina orang sudah biasa pakai Wechat. Ini aplikasi yang bagus untuk nyari kawan,” jelas M.