Peringatan HAN di Tanjabbar Menuai Kritikan: Mulai Keluarkan Anak Hingga Tak Ada Konsumsi

Hari anak nasional
Momen peringatan hari anak nasional di Tanjabbar.Foto: Putra/Jambiseru.com

Jambi Seru – Kegiatan Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) menuai kritik. Kritikan pedas kekuatan dari pemerhati anak terhadap panitia pelaksana.

Yuliawati, seorang pemerhati anak sangat menyayangkan ulah panitia, karena mengeluarkan anak-anak yang mengikuti acara saat acara masih berlangsung. Hal itu dinilai telah mencederai hati anak-anak tersebut.

Kejadian berawal, saat Pemerintah Kabupaten Tanjabbar, melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menggelar berbagai perlombaan yang diikuti anak-anak PAUD. Acara tersebut digelar di Gedung Pertemuan Kantor Bupati Tanjabbar. Kegiatan tersebut digelar pada Rabu (27/7/2022) pagi. Pembukaan acara dilakukan langsung oleh Bupati Tanjabbar, Anwar Sadat, didampingi oleh Bunda PAUD Tanjabbar, Ummi Fadhilah Sadat.

Bacaan Lainnya

“Tapi yang kita sayangkan, pas ketika pertengahan acara, anak dikasih waktu selama 40 menit untuk lomba, namun setelah lomba selesai, anak langsung disuruh keluar. Hanya pemenang yg tinggal di dalam. Sementara kegiatan di dalam masih ada acara lainnya yang pengen ditonton oleh anak-anak yang mengikuti lomba,” kata perempuan yang akrab disapa bunda Uly itu.

Ketika anak-anak keluar dari ruangan lomba, ia merasa prihatin tanpa ada fasilitas yang mendukung dalam kegiatan tersebut.

“Pihak panitia tidak menyediakan tenda dan tempat duduk di luar ruangan, sehingga anak – anak rela berpanasan, bahkan duduk di halaman parkiran sambil menunggu usainya kegiatan,” ungkapnya.

Parahnya, alasan mengeluarkan anak-anak itu lantaran mereka ribut.

“Harusnya kalau tak mau ribut, gak usah bikin acara anak – anak lah, kita ketahui sendiri bahwa yang namanya anak – anak ya begitulah sifatnya, mereka bebas mengekspresikan dirinya,” cetusnya.

“Tapi yang saya liat, ini bukan lagi acara anak – anak, namun lebih mengedepankan kepentingan orang yang mungkin berseragam, sehingga menunjukan mereka lah yang membuat acara,” sambungnya.

Ia menambahkan, untuk biaya pendaftaran lomba dibebankan kepada peserta, namun kenapa peserta tidak difasilitasi oleh pihak panitia.

“Kalau mereka tidak ada dana, ya wajar memungut biaya pendaftaran peserta, tapi disitukan ada banyak sponsor, ok lah gak masalah anak di bebankan dengan biaya pendaftaran, namun sesuaikanlah anak – anak untuk mendapatkan haknya,” sebutnya dengan menyindir panitia.

Keadaan diperparah dengan tidak adanya konsumsi untuk wali murid dan guru pendamping.

“Jangankan untuk menonton, wali murid, dan satu guru pendamping aja  datang jauh – jauh, air minum segelas aja tidak dapat,  dikatakan kosumsi ada, tp kenyataan kosumsinya tidak ada, dikasih setelah bubar, lalu konsumsinya untuk siapa,” ungkapnya.

Ia selaku  pemerhati anak, sangat menyesalkan kegiatan HAN yang diselenggarakan tersebut. Karena temanya “Anak Terlindungi, Anak Indonesia Maju” namun kenyataannya tidak.

“Tapi hari ini saya lihat, anak di terlantarkan, kenapa demikian?, saya lihat anak – anak justru di biarkan berpanasan di bawah pohon dan parkiran, hanya demi menunggu untuk mendapatkan piagam dalam antrian, dan belum lagi mereka yang kelaparan serta kehausan duduk di parkiran makan dengan meja dan makanan yang dibawanya sendiri, itu sangat miris sekali, sedangkan mereka datang dari jauh beberapa kecamatan di luar tungkal ilir,” tegasnya.

Uly berpendapat, jika hal ini dipandang oleh pemerhati anak lain dari luar daerah, pasti ini sangat banyak koreksian dalam penyelenggaraan kegiatan.

Menurutnya, kritikan yang dilontarkannua ini bukan karena ingin mencari kesalahan, akan tetapi kesalahannya sangat fatal.

Pos terkait