Kolam Cahaya : “Pemimpin Pilihan” Oleh Ansori Barata

Nur Ansori Barata
Nur Ansori Barata

Rasulullah S.A.W. bersabda ; Kullukum ra’in wa kullukum mas’ulun an ra’iyyatihi. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits tersebut, selanjutnya Rasulullah menjelaskan pula bahwa seseorang penguasa adalah pemimpin, seorang suami adalah seorang pemimpin seluruh keluarganya, demikian pula seorang istri adalah pemimpin atas rumah suami dan anaknya yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban.

Begitu pentingnya eksistensi seorang muslim yang dilahirkan di dunia sebagai hamba sekaligus pemimpin. Suatu pertanggungjawaban takdir yang harus “diartikulasikan” secara bersamaan. Sebagai hamba, ia harus menjelaskan ketaatannya. Sebagai pemimpin, ia harus menguraikan kepemimpinannya di hadapan Allah SWT di hari pengadilan.
Namun demikian, Allah SWT tidak menciptakan manusia tanpa perlengkapan sempurna. Ia menjamin kesempurnaan manusia dengan iman, akal dan hikmah untuk memperkuat manusia dalam menjalankan tugas kepemimpinanannya.

Bacaan Lainnya

Pemimpin pilihan mesti dibekali oleh investasi sifat; Shidiq, Amanah, Tabligh dan Fathanah. Ia (pemimpin), memulai visi lewat Aqidah dan Taqwa yang luas, menjalankan misi dengan amal sholeh, memberi pekerjaan kepada orang yang membutuhkan bukan orang yang ditentukan.

Ia juga menjelaskan pembangunan yang haq, memberikan kesejahteraan yang adil tanpa pilih-pilih. Ia membangun jembatan dan jalan, jembatan yang menghubungkan orang-orang miskin dan pemilik harta, membangun jalan yang menjamin harmonisasi dunia dan akhirat.

Inilah beberapa bentuk tata ruang pembangunan berkeadilan yang lupa dipikirkan oleh pejabat dunia yang malas berikhtiar, malas mencari hakekat keadilan sebenarnya lewat ilmu pengetahuan sesungguhnya.

Pemimpin ‘khayalan’ membangun kekuatan dengan janji-janji dan siasat, nurani disirnakan, akal menjadi kerdil dan patuh. Dua pemimpin ini didukung oleh penganut sholeh dan tidak soleh, temperamental, juga fragmatis. Mereka berbaur jadi satu, tidak tampak lagi perbedaan, karena perbedaan seringkali menenggelamkan diri dalam laut kepentingan.

Dua model kepemimpinan ini tersedia banyak di dunia, tinggal bagaimana kualitas selera pengetahuan mansia menjatuhkan pilihan ke mana. Sementara, di sisi lain Rasulullah pernah pula mengingatkan jika menyerahkan urusan kepada yang tidak ahli, hanya akan menciptakan kehancuran. Pesan ini adalah pesan emergency yang harus ditelaah secara sadar dan terus menerus untuk memastikan pilihan kepemimpinan.

Dalam satu adegium masyhur diungkapkan, “Sayyid al-Qawm khaadimuhu”. (Pemimpin sebuah kaum adalah pelayan bagi kaumnya).

Sayidina Ali pernah pula berkata, ”Ingatlah bahwa rasa percaya antara pemimpin dan yang dipimpin, hanya akan timbul karena adanya kebaikan, keadilan, serta pelayanan. Oleh sebab itu, tanamlah kebaikan pada semua orang karena niat baik mereka sudah meringankan bebanmu. Kebaikanmu terhadap mereka akan menghasilkan kepercayaan mereka terhadapmu. Sementara sikap kasarmu akan menimbulkan kebencian mereka.”

Sesungguhnya, pemimpin yang dicita-citakan oleh umat adalah pemimpin bijaksana, adil, pengasih dan mampu mendelegasikan dirinya untuk mengurus pesan-pesan Allah SWT.

Pemimpin seperti ini harus ada dan hadir di setiap zaman, ia menjadi pembaharu bagi asingnya nilai kebenaran atau pemula dari hilangnya rasa cinta akan keadilan. Pemimpinan yang mampu menjalankan cita-cita bersama adalah pemimpin pilihan yang dirindukan seluruh ummat manusia.

Dan… pemimpin pilihan adalah harapan terakhir dari awal kebahagiaan baru bagi keadilan yang ideal di muka bumi. (*)

Ansori Barata ialah nama pena dari Nur Ansory Barata. Penulis sastra dan aktivis tinggal di Jambi.

Pos terkait