Menjadi Manusia Oleh Ansori Barata

Nur Ansori Barata
Nur Ansori Barata

Maka, menjadi manusia adalah pilihan takdir yang harus diterima dengan ikhlas yang ditunjukkan dengan usaha sungguh-sungguh untuk menjadi manusia yang ideal, manusia yang sesuai kehendak sang Khalik, sesuai dengan kehendak umum, dan yang terpenting adalah menjadi manusia yang bertanggung jawab sebagai manusia secara total tanpa dugaan apapun, tanpa pikiran-pikiran sempit yang hanya bisa menciderai keikhlasan.

Hak sang Khalik sebagai manifestasi hubungan hamba-Khalik dijawab dengan ibadah sesuai tuntunan syariah yang berlaku. Seiring itu, manusia harus menjawab hak-hak manusia lainnya sebagai makhluk sosial yang saling bersinggungan sesuai dengan adab sosial dan nilai nilai yang berlaku sebagai ibadah sosial. Rasulullah bersabda : Khoiunnas anfauhum linnas, Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Dan manusia, harus pula menjawab hak-hak alam yang menjadi pendukung manusia untuk hidup di muka bumi. Hak-hak alam ini dijawab dengan tanggungjawab terhadap alam dan lingkungan berupa; menjaga, mengawasi dan melestarikan alam sebagai bentuk ibadah yang universal.

Bacaan Lainnya

Intinya, menjadi manusia sesungguhnya dapat dilakukan dengan menjawab seluruh hak-hak yang telah dibebankan kepadanya sebagai kewajiban. Dan beban (kewajiban) ini jika dianggap sebagai utang, ia akan memberatkan, tapi jika dianggap sebagai ungkapan kesyukuran, makai ia akan memudahkan.

Dengarlah renungan ini ; Manusia dituntut menjadi khalifah di muka bumi, tapi terbanyak dari mereka suka menjadi rakyat dari kerajaan duniawi.

Manusia diperintahkan untuk memerangi hawa nafsu, tapi sebagian besar memilih berdamai dengannya dan tunduk di bawah panglima angkara.

Manusia dituntut untuk mencari rezeki halal tetapi sebagian dari mereka lebih suka mencuri hak-hak setan.

Manusia dituntut untuk berbuat baik kepada sesama dan memperhatikan hak hak hewan, tetapi sebagiannya banyak memilih memusuhi saudaranya dan berkebiasaan hidup layaknya hewan.

Manusia diperintahkan menyembelih sifat kebinatangannya, tapi banyak di antaranya yang menyimpan pisau kemanusiaannya di lemari ketakutan.

Manusia dituntut mengasah pisau keimanannya, tetapi mereka lebih suka menumpulkan diri dalam jebakan batu kefasikan.

Mari, marilah memula diri menjadi manusia yang sesungguhnya dengan menjalankan kewajiban terhadap Pencipta, terhadap manusia lain dan terhadap alam, sebagai ungkapan kesyukuran dan sebagai hadiah utama kita dilahirkan.(***)

Menjadi Manusia Oleh Ansori Barata

Pos terkait