Sepenggal Cerita Tentang E-KTP di Negaranya Pak Erdogan
Penulis: Siti Mutia (jurnalis Jambi tinggal di Turki)
Jambi Seru – Program ‘bikin’ E-KTP di tanah air sepertinya tak kunjung rampung meski pemerintah pencanangnya ( E-KTP dicanangkan pada masa pemerintahan SBY) sudah lama rampung. Ketakmatangan per siapan pemerintah menimbulkan polemik mulai dari terus kehabisan blanko, lamanya masa tunggu jadi hingga dugaan kasus korupsi. Saya punya seorang rekan, novelis dari Surabaya yang bikin E-KTP sudah mau dua tahun belum jadi-jadi juga. Akibatnya, beliau mau urus apa-apa susah. Sampai, saking gemasnya, beliau memplesetkan akronim ‘E’ pada tulisan E-KTP sebagai Embuh-KTP, yang mana dalam bahasa Jawa, ‘embuh ‘ bermaksa sesuatu yang entah. Sesuatu yang sama sekali tidak diketahui.
Meski saya sendiri tidak sempat mengalami, tapi pengalaman orang lain sudah buanyak yang terekam jejak. Bikin E-KTP sampai bertahun-tahun belum jadi. Alhamdulillaah, saya dulu bikin E-KTP hanya sebulan jadi. Demikian pula saat memperbarui status di KTP, hanya 15 menit siap. Mungkin pelayanan di Kota Jambi, setahap lebih baik dibandingkan Kota Surabaya. Mungkin. Tapi saya bukan mau bahas Embuh-KTP dan segala kekisruhan yang menyertainya, saya hanya ingin share serba sedikit bagaimana E-KTP di negara dimana saya menetap sementara ini; Turki.
Kartu identitas elektronik atau e-KTP di negara ini disebut biometric kimlik. Warga lokal lebih suka menyebutnya dengan kimlik saja. Bentuknya tak jauh berbeda dengan E-KTP, dilengkapi chip yang didalamnya telah dibenamkan teknologi super ketat untuk meniadakan potensi duplikasi, pemalsuan dan penyalahgunaan. Data pemegang kimlik, berupa nama, nomor induk kependududukan, tanggal lahir, nama ayah dan ibu terintegrasi ke seluruh server pemerintahan. Jadi setiap warga hanya wajib menghapal nomor induk kependudukan saja. Mereka tidak harus bawa kimlik kemana-mana. Disetiap Dukcapil-nya (disini disebut Nufus Mudurlugu), ada mesin mirip ATM yang berguna untuk pemindaian chip kimlik maupun registrasi. Misal ada sesuatu yang mau diurus tinggal ketikkan nomor induk kependudukan lalu otomatis informasi yang dibutuhkan dan data pengenal pemilik beserta fotonya akan terakses. Menariknya, meski terintegerasi lansung dengan data kepemerintahan, masing-masing data informasi sama sekali terpisah. Contohnya, saat meregistrasi data di layanan kesehatan, maka petugas hanya akan mendapatkan data kesehatan. Mereka tidak akan disuguhi data riwayat perbankan. Semua data dapat diakses sesuai bidang kebutuhan.