Akan tetapi yang menarik adalah fokus kamera yang selalu ke diri Josee, menjadi seluruh pemandangan lain dalam satu gambar mengabur bahkan tidak jelas, walaupun tidak menghiangkan keindahannya. Seseorang yang menyukai fotografi pasti akan sangat menyukai film ini.
Sebenarnya pengambilan gambar seperti ini sudah merupakan ciri khas dari Kim Jong Kwan, yang tampak dari film-film sebelumnya yaitu Worst Woman (2016), The Table (2016) dan Chae’s Movie Theater (2017). Namun di film Josee, hampir seluruh fokus pengambilan gambar adalah pada sudut pandang Josee.
Hal ini memberikan rasa tersendiri untuk penontonnya, memasuki dunia Josee yang suram namun penuh imajinasi akan versi dunia nyata miliknya. Jika dibandingkan, mungkin hal semacam inilah yang terasa dijumpai kesamaannya pada The Table, dimana meja selalu menjadi fokus utama sebelum alur cerita perlahan mengalir.
Fokus jalan cerita juga lebih diutamakan pada segi kesuraman kehidupannya, andai mengharapkan banyak adegan ceria di sini, maka harus bersiap merasa kecewa, karena hampir sebagian besar jalan ceritanya lebih berfokus pada kesuraman hidup dan turunannya.
Baca Juga : Sinopsis Film God Of Gambler, Mempertemukan Aktor Ternama Hongkong
Namun Josee memberikan pemahaman berbeda akan hidup seseorang dengan disabilitas, yang memang selama ini selalu digambarkan dan dituturkan dari sudut pandang seorang yang terlahir normal, sehingga hal ini menjadi penarik untuk menonton hingga selesai. (*)
Sumber : Cinemags.co.id