JAMBI, jambiseru.com – Manajemen Rumah Sakit Annisa memberikan klarifikasi atas peristiwa meninggalnya seorang bayi dalam kandungan yang terjadi beberapa waktu lalu.
Direktur RS Annisa, dr Adepintor didampingi Dokter Kandungan, dr Zul Andrianta, menjelaskan kronologi serta tindakan medis yang telah dilakukan terhadap pasien tersebut sebelum kejadian tragis itu terjadi.
Menurutnya, pasien datang ke UGD RS Annisa pada Senin 29 Oktober 2025 malam hari, sekitar pukul 21.40 WIB, diantar oleh keluarganya.
Saat tiba, kondisi pasien menunjukkan tanda-tanda alergi, seperti ruam kemerahan di sekujur tubuh dan bentol-bentol.
Diketahui dari keterangan keluarga, pasien memiliki riwayat alergi terhadap makanan laut, dan gejala tersebut muncul setelah pasien mengonsumsi ikan laut.
“Tim medis langsung melakukan pemeriksaan menyeluruh. Saat itu tidak ditemukan tanda-tanda kontraksi, tidak ada pendarahan, dan secara umum kondisi kehamilan masih dalam batas normal,” jelas dr Adepintor, yang turun disambung dr Zul Andrianta.
Pemeriksaan lanjutan menunjukkan kondisi janin masih baik.
Sambung de Zul, saat itu Detak jantung janin (DJJ) tercatat 146 kali per menit, saturasi oksigen (SpO2) ibu 98%, tekanan darah 117/81, dan hasil observasi lainnya dalam kondisi stabil.
Kandungan pasien saat itu sudah memasuki usia kehamilan sekitar 36-37 minggu.
Pihak RS memberikan terapi oksigen serta injeksi obat-obatan sesuai prosedur, kemudian dilakukan observasi selama kurang lebih 40 menit untuk memastikan tidak ada kondisi gawat darurat.
“Setelah kondisi dinyatakan stabil, pasien diperbolehkan pulang dengan bekal obat-obatan untuk pemulihan,” kata dia.
Namun, pada hari Rabu 1 Oktober 2025, pasien kembali datang ke praktik pribadi dr Zul, yang berada di sekitar lingkungan rumah sakit.
Di sana, dokter mendapati bahwa detak jantung janin sudah tidak terdengar lagi.
Pasien kemudian segera dirujuk kembali ke RS Annisa untuk dilakukan tindakan persalinan.
“Setelah proses persalinan dilakukan, diketahui bahwa bayi dalam kandungan sudah dalam kondisi meninggal. Diduga kuat penyebab kematian berkaitan dengan gangguan pertumbuhan janin yang baru diketahui setelah proses kelahiran,” tambah dr Zul.
“Ada kelainan pada tali pusar bayi, sekitar 10-15 cm terjadi perubahan warna hitam, kata dia.
Pihak RS Annisa menegaskan bahwa seluruh prosedur medis telah dilakukan sesuai dengan standar operasional yang berlaku, termasuk observasi dan tindakan pencegahan saat pasien pertama kali datang.
“Kami turut berduka atas kejadian ini dan menyampaikan simpati mendalam kepada keluarga pasien. Kami juga siap bekerja sama sepenuhnya jika ada proses evaluasi lanjutan atau audit medis,” pungkasnya.(*)