Al Haris Ways : Dihujat Setiap Hari, Inilah Cara Saya Memilih Tetap Bekerja untuk Rakyat Jambi

Dihujat Setiap Hari, Inilah Cara Saya Memilih Tetap Bekerja untuk Rakyat Jambi
Dihujat Setiap Hari, Inilah Cara Saya Memilih Tetap Bekerja untuk Rakyat Jambi.Foto: Jambiseru.com

Oleh : Al Haris *

Dihujat, dihina, bahkan dizolimi lewat media sosial—itu sudah menjadi bagian dari keseharian saya sebagai pemimpin. Ada hari-hari ketika saya membuka ponsel bukan untuk membaca kabar baik, tapi justru rangkaian komentar pedas yang kadang jauh dari kata adil. Namun saya selalu mengingatkan diri sendiri satu hal sederhana: saya dipilih bukan untuk membalas hujatan, melainkan untuk bekerja.

Saya sadar, menjadi pemimpin tidak pernah berarti menjadi sosok yang disukai semua orang. Selalu ada yang setuju, selalu ada yang kecewa, dan selalu ada pula yang memilih jalan hujat ketimbang dialog. Di ruang digital, kata-kata bisa sangat ringan dilontarkan, tapi dampaknya sering kali berat. Meski begitu, saya memilih untuk menahan diri. Bukan karena lemah, melainkan karena saya percaya, kesabaran adalah bagian dari kekuatan.

Ada kalanya saya bertanya dalam hati, mengapa niat baik sering diterjemahkan dengan buruk. Mengapa kerja yang pelan tapi nyata kalah ramai dibandingkan isu yang cepat tapi dangkal. Namun setiap kali pertanyaan itu muncul, saya kembali ke alasan awal saya mengabdi: rakyat. Bukan komentar. Bukan like. Bukan trending topic.

Saya selalu meyakini, semakin banyak hujatan yang datang, Insya Allah semakin banyak pula dosa saya yang berguguran. Itu bukan kalimat penghiburan kosong, tapi cara saya menjaga kewarasan dan niat. Jika semua energi saya habis untuk meladeni amarah, lalu siapa yang akan memastikan program berjalan? Siapa yang akan memastikan rakyat tetap dilayani?

Di lapangan, saya melihat langsung wajah-wajah yang tidak pernah menulis komentar, tapi merasakan dampak kebijakan. Petani yang ingin jalannya bagus agar hasil panennya sampai ke pasar. Anak-anak sekolah yang butuh seragam dan buku, bukan debat panjang di media sosial. Warga desa yang lebih peduli air bersih mengalir daripada siapa yang paling keras berbicara.

Itulah sebabnya saya memilih diam ketika dihujat, tapi bergerak ketika dibutuhkan. Media sosial bukan ukuran tunggal keberhasilan seorang pemimpin. Ia hanya cermin kecil dari dinamika besar masyarakat. Kerja nyata tetap harus berjalan, meski tanpa sorotan, meski tanpa pujian.

Saya tidak anti kritik. Kritik adalah vitamin bagi demokrasi. Tapi hujatan yang lahir dari kebencian tanpa data tidak akan pernah membangun apa pun. Maka tugas saya bukan membalasnya, melainkan membuktikan dengan kerja—pelan, konsisten, dan bertanggung jawab.

Pada akhirnya, saya percaya waktu adalah hakim paling adil. Ia akan mencatat siapa yang sibuk berbicara dan siapa yang sibuk bekerja. Dan ketika kelak orang menilai perjalanan ini, saya ingin dikenang bukan sebagai pemimpin yang reaktif, tapi sebagai pemimpin yang tetap berdiri tegak, meski angin hujatan datang dari segala arah.

Selama saya masih diberi amanah, saya akan terus bekerja. Untuk rakyat. Dalam sunyi. Dengan sabar. Itu jalan yang saya pilih. Itu cara saya memimpin. Al Haris Ways. (*)

* Al Haris, Gubernur Jambi

Pos terkait