Nikotin: Stimulan Kuat yang Memprogram Otak Menuju Ketergantungan

Nikotin: Stimulan Kuat yang Memprogram Otak Menuju Ketergantungan
Nikotin: Stimulan Kuat yang Memprogram Otak Menuju Ketergantungan.Foto: AI/Jambiseru.com

Jambiseru.com – Nikotin adalah sebuah senyawa kimia organik yang secara alami tergolong dalam kelompok alkaloid, dan ditemukan terutama dalam tanaman tembakau. Zat ini terkenal bukan karena manfaatnya, melainkan karena sifatnya yang merupakan stimulan kuat dan sangat adiktif terhadap sistem saraf pusat manusia.

Saat nikotin dikonsumsi, baik melalui rokok konvensional maupun rokok elektrik, ia dapat mencapai otak hanya dalam hitungan detik setelah dihirup. Di dalam otak, nikotin bekerja dengan cara yang cerdas, yaitu dengan berikatan pada reseptor asetilkolin nikotinik. Ikatan ini kemudian memicu serangkaian reaksi kimia yang paling signifikan adalah pelepasan *dopamin, sebuah *neurotransmitter yang berhubungan dengan perasaan senang, kepuasan, dan reward.

Peningkatan mendadak dopamin ini menciptakan sensasi rasa santai, fokus yang meningkat, dan suasana hati yang membaik secara sementara. Namun, efek menyenangkan ini hanya berlangsung singkat, yang membuat tubuh dengan cepat ingin mengulanginya.

Inilah awal dari adiksi atau kecanduan nikotin. Ketika tubuh berhenti menerima nikotin, kadar dopamin menurun drastis, memicu apa yang dikenal sebagai gejala putus nikotin (withdrawal symptoms). Gejala ini sering kali mencakup kecemasan, mudah marah, sulit tidur (insomnia), pusing, dan kesulitan berkonsentrasi. Untuk menghindari rasa tidak nyaman ini, pengguna dipaksa secara kompulsif untuk mengonsumsi nikotin lagi, mengunci diri dalam siklus ketergantungan.

Selain efek adiktifnya pada otak, nikotin juga memberikan dampak serius pada sistem fisiologis tubuh. Nikotin bertindak sebagai vasokonstriktor, yang berarti ia menyebabkan pembuluh darah menyempit. Penyempitan ini menghambat aliran darah, oksigen, dan nutrisi penting ke berbagai organ, termasuk jantung. Akibatnya, tekanan darah dan detak jantung akan meningkat, secara signifikan menaikkan risiko penyakit kardiovaskular seperti **serangan jantung dan stroke.

Paparan nikotin secara berkelanjutan juga dapat mengganggu perkembangan otak, khususnya pada remaja, dan berkontribusi pada risiko gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, nikotin dipandang sebagai zat berbahaya yang memiliki kemampuan untuk memprogram ulang sistem otak, mengubah kebiasaan sementara menjadi kebutuhan fisik yang sulit dihindari.

Apakah Anda atau orang terdekat mengalami kesulitan berhenti dari produk yang mengandung nikotin? Memahami sifat adiktif nikotin adalah langkah pertama untuk mengatasi ketergantungan. (doo)

Pos terkait