Pistol Antik Alat Menembak Brigadir J Diduga Koleksi Ayah Ferdy Sambo

Kuasa hukum keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak ketika memenuhi panggilan Bareskrim Polri.
Kuasa hukum keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak ketika memenuhi panggilan Bareskrim Polri. (Ist)

Jambi Seru – Pistol antik yang digunakan sebagai alat menembak Brigadir J diduga merupakan koleksi ayah Ferdy Sambo. Adanya Dugaan itu disampaikan oleh pengacara keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak.

Dugaan tersebut muncul setelah Komnas HAM mengungkap adanya penembak ketiga. Selain itu, Komnas HAM juga menemukan amunisi dari senjata api jenis Luger. Temuan tersebut langsung memuculkan polemik baru pada kasus tersebut.

Dikatakan Kamaruddin Simanjuntak, pistol Luger merupakan pistol antik buatan Jerman. Pinstol itu hanya mungkin dimiliki oleh orang yang cukup lama bekerja di bagian persenjataan.

“Jadi orang-orang yang punya koleksi senjata seperti itu adalah orang yang berlatar belakang bahwa dia sejak dulu sudah menguasai persenjataan,” ucap Kamaruddin Simanjuntak dalam kanal YouTube KOMPASTV, Kamis (15/9/22).

Dikutip dari laman Suara.com (partner Jambiseru.com) judul artikel “Kamaruddin Simanjuntak Duga Pistol Antik untuk Bunuh Brigadir J Koleksi Ayah Ferdy Sambo“, kamaruddin juga memberikan pernyataan, jika dirinya menduga pemilik dari pistol Luger yaitu Ayah Ferdy Sambo yang merupakan pensiunan Mayor Jenderal.

“Siapa yang sejak dulu sudah menguasai persenjataan yaitu adalah ayahnya Ferdy Sambo, (Ayahnya) Ferdy Sambo itu kan, pensiun terakhir kan adalah mayor jenderal, jadi kemungkinan besar dia bisa mengoleksi senjata-senjata kuno, era-era 1800 sampai 1990.” tutur Kamaruddin.

Karena itulah Kamaruddin meminta pelibatan TNI dan PPATK dalam menuntaskan kerumitan pembunuhan berencana Brigadir J perlu dilibatkan

“Karena bagaimana pun suka atau tidak mendengarnya, bukan saya memuja-muja angkatan atau TNI, mereka itu terkenal disiplin dan sportif, kucing aja ditembak oleh jenderal hukumnya tegas, apalagi manusia,” katanya.

“Beda sama polisi yang suka merekayasa kejadian, artinya tidak semua polisi, sebagian kecil saja. Tetapi yang suka merekayasa ini kan dia berada di posisi puncak semua karena sudah biasa menjilat ke istana, menjilat ke kementerian,” lanjutnya.

Menurut Kamaruddin akan berbeda nasib perwira Polri yang tidak pandai menjilat dalam tugasnya.

Yang kerjanya baik-baik tidak pandai menjilat sehingga tidak (mendapatkan) jabatan yang VIP, kan begitu,” kata Kamaruddin.

“Oleh karena itu, ayo dong kalau memang mau membebaskan polisi dari tangan mafia, ayo dong kita tolong polisi ini, karena sangat banyak polisi yang baik-baik,” pungkasnya.

Di sisi lain, Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik kembali memberi penyataan terkait dugaan bahwa jumlah penembak Brigadir J lebih dari dua orang.

Pernyataan Ahmad Taufan Damanik itu saat diwawancarai Rosiana Silalahi dalam tayangan Kompas TV, Jumat (9/9/2022).

“Kami menemukan bukti-bukti dari autopsi maupun autopsi ulang, maupun uji balistik, bahwa jenis pelurunya bukan satu. Karena itu tidak mungkin dari senjata yang satu, lebih dari satu senjata,” ungkap Ahmad Taufan Damanik.

“Lebih dari dua senjata?” tanya Rosi.

“Bisa jadi. Makanya saya munculkan juga misalnya kemungkinan ada pihak ketiga. Saya ingin penyidik mendalami kemungkinan ada pihak ketiga yang melakukan itu,” pungkas Ahmad Taufan Damanik. (tra)

Pos terkait