Tragedi Kanjuruhan Telan Korban 32 Anak-Anak, Dunia Sorot Sepak Bola Indonesia

Ratusan suporter di Balikpapan gelar doa bersama untuk korban tragedi Kanjuruhan. (dok)
Ratusan suporter di Balikpapan gelar doa bersama untuk korban tragedi Kanjuruhan. (Suara.com)

Jambi Seru – Tragedi Kanjuruhan yang menelan 125 orang korban jiwa kian disorot dunia. Apa lagi setelah diketahui ada 32 anak jadi korban tragedi Kanjuruhan termasuk balita berusia tiga tahun masuk di dalam daftar korban yang meregang nyawa.

Sepak bola Indonesia jadi sorotan dunia usai meletusnya kerusuhan usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada lanjutan BRI Liga 1 2022-2023 yang menewaskan ratusan suporter Aremania.

Insiden tersebut menjadi tragedi sepak bola paling mengerikan di Indonesia dan salah satu yang paling mematikan di dunia.

Bacaan Lainnya

Fakta baru makin menambah getirnya peristiwa yang diwarnai kekerasan aparat yang diketahui menembakkan gas air mata ke tribun penonton walau sebenarnya senjata itu sudah dilarang masuk stadion dalam aturan Federasi Sepak Bola Dunia, FIFA.

Melansir AFP, Selasa (4/10/2022), dari 125 orang yang tewas, 32 diantaranya diketahui merupakan anak-anak. Hal itu disampaikan Pejabat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Nahar.

“Dari data terakhir yang kami terima, dari 125 orang yang tewas dalam kecelakaan itu, 32 di antaranya adalah anak-anak, dengan yang termuda adalah balita berusia tiga atau empat tahun,” kata Nahar.

“Kami meminta (polisi) untuk mengungkap siapa yang melakukan kejahatan dan mengambil tindakan terhadap mereka dan kami juga berharap polisi nasional akan mengevaluasi prosedur keamanan mereka,” katanya dalam sebuah pernyataan resmi.

Keputusan polisi untuk menggunakan gas air mata dalam proses pengamanan mendapat banyak kritik termasuk dari pelatih Arema FC, Javier Roca. Dia menganggap aparat telah kebablasan.

“Itu menunjukkan stadion tidak siap, mereka tidak menduga kekacauan bisa sebesar itu. Itu seperti longsoran salju. Hal seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya,” kata Javier Roca saat wawancara dengan media Spanyol, Cadena Ser dikutip Suara.com pada Selasa (4/10/2022).

“Saya pikir polisi melampaui batas. Saya memang tidak di lapangan dan tidak melihatnya. [Namun], melihat gambar-gambar itu, mungkin mereka bisa menggunakan teknik lain [alih-alih gas air mata].”

Hal senada disampaikan komisioner Komnas HAM, Choirul Anam. Dia menyebut kerusuhan dan korban jiwa sebanyak itu mungkin tak akan terjadi andai polisi tidak menggunakan gas air mata.

“Jika tak ada gas air mata, mungkin tidak akan terjadi kekacauan,” kata Choirul Anam.

Pemerintah kini telah membentuk tim gabungan independen pencari fakta (TGIPF) dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan. Kapolri Listyo Sigit juga telah mencopot jabatan Kapolres Malang, AKBP Ferli Hidayat.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan kompetisi sepak bola profesional Indonesia dihentikan hingga evaluasi dan prosedur pengamanan ditingkatkan.

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan pecah setelah Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya dalam laga pekan ke-11 BRI Liga 1 2022-023.

Beberapa suporter yang tidak terima dengan kekalahan perdana Arema FC dari Persebaya di Malang dalam 23 tahun terakhir pun menerobos masuk ke lapangan.

Kerusuhan pada akhirnya tidak terhindarkan meski dalam laga ini, suporter Persebaya yakni Bonek tidak hadir ke stadion dengan alasan keamanan.

Pos terkait