Jambiseru.com – Saat Jokowi ngetop di Madinah dan Makkah, 2 kota suci di Arab Saudi. Kenapa dan bagaimana bisa ngetop? Simak ulasan Jambi Seru berikut.
Sepekan terakhir, saat umrah di tanah suci, Jambiseru.com berkunjung ke Madinah dan Makkah.
Setiba di Madinah, di luar hotel, terutama di toko-toko sekitar yang menjual pakaian serta makanan khas setempat, pedagang menawarkan barangnya dengan cara unik.
“Jokowi 3 dua ratus, 3 dua ratus Jokowi,” teriak seorang pedagang pakaian muslim di luar toko.
Saat dihampiri, ternyata yang dimaksud pedagang itu ialah mata uang Indonesia, Rupiah. Supaya singkat, ia menyebut Rupiah dengan sebutan Jokowi.
Jadilah, “jokowi 3 dua ratus,” yang artinya, Rp 200 ribu bisa dapat 3 helai pakaian gamis muslim.
Di toko lain juga seperti itu. Misalnya buah kurma, pedagang juga menawarkan dengan sebutan Jokowi untuk mata uang rupiah.
“Terima Jokowi. Terima Jokowi,” ungkap seorang pedagang lain, yang maksudnya adalah ia menerima uang rupiah, bukan hanya Riyal mata uang Arab Saudi.
Tak hanya di Madinah. Di Makkah-pun, ada banyak pedagang yang menawarkan dagangannya dengan sebutan Jokowi sebagai mata uang rupiah.
“Ayo beli beli, Jokowi 20 ribu,” teriak pedagang tasbih di tepi jalan sepanjang keluar Masjidil Haram.
Baca juga : Gubernur Jambi Al Haris Apresiasi Pembangunan Pemkab Kerinci
Ini sudah menjadi pemandangan biasa sehari-hari di Makkah dan Madinah. Ke 2 kota suci ini dipenuhi pedagang yang berharap banyak kepada tamu Allah dari Indonesia.
Sebab, warga Indonesia terkenal sebagai tamu yang punya kebiasaan berbelanja sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tanah air.
“Indonesia Good,” tutur seorang pedagang di Makkah, mengatakan bahwa warga Indonesia sangat baik.
Ketika ditanya apakah mereka, para pedagang itu tahu dengan Jokowi, rata-rata mengaku tahu.
“Presiden Indonesia. Presiden. Pernah ke sini (Arab Saudi, red),” ungkap pedagang di Madinah.
Meski pedagang itu rata-rata orang Arab lokal ataupun Banglades, namun mereka rata-rata juga menguasai bahasa Indonesia. Meski terpatah-patah.
Namun di kota lain, seperti di Riyadh, Jokowi kurang populer. Pedagang di sini rata-rata menerima mata uang riyal untuk transaksi.
Bagi warga Indonesia yang sudah umrah tahun ini, tentu tak asing lagi dengan teriakan-teriakan tersebut dari pedagang, bukan?(nas)