Membongkar Ilusi: Prinsip Kerja Dasar Teknologi Virtual Reality (VR)

img 20251003 wa0011
img 20251003 wa0011

Jambiseru.com – Virtual Reality (VR) bukanlah sihir, melainkan gabungan canggih dari ilmu optik, komputasi, dan psikologi. Intinya, VR adalah teknologi yang dirancang untuk menipu otak dan indra kita agar percaya bahwa kita sedang berada di lingkungan yang sepenuhnya disimulasikan, padahal kita tetap berada di dunia nyata.

Memahami apa itu VR berarti melihat bagaimana perangkat keras bekerja secara sinergis untuk menciptakan ilusi visual dan sensorik yang meyakinkan.

1. Bagaimana Visual VR Bekerja (Tampilan dan Optik)

Bacaan Lainnya

Penciptaan ilusi visual adalah elemen paling krusial dalam VR.

Setiap Head-Mounted Display (HMD)—atau *headset VR—menggunakan dua layar kecil terpisah, satu untuk setiap mata. Layar-layar ini menampilkan dua gambar yang *sedikit berbeda dari sudut pandang yang berbeda, mensimulasikan pandangan manusia yang alami (binocular vision). Agar gambar ini terlihat jelas dan memenuhi bidang pandang, lensa optik diletakkan di antara mata dan layar. Lensa ini berfungsi ganda: pertama, ia memperbesar piksel sehingga pengguna merasa gambar memenuhi seluruh penglihatan mereka; kedua, ia menyesuaikan fokus sehingga mata kita dapat melihat layar yang jaraknya sangat dekat tanpa harus tegang. Melalui kombinasi ini, otak kita memproses dua gambar 2D yang berbeda dan menginterpretasikannya sebagai **dunia 3D yang nyata dan memiliki kedalaman.

2. Mengatasi Mabuk Perjalanan (Pelacakan Gerak)

Untuk menjaga ilusi, gambar visual harus bergerak secara instan dan akurat sesuai dengan gerakan kepala pengguna.

Inilah peran sensor pelacakan di dalam headset. Sensor presisi tinggi seperti giroskop dan akselerometer secara konstan memantau orientasi dan posisi kepala pengguna dalam ruang fisik. Data dari sensor ini kemudian dikirim ke prosesor headset (atau komputer) yang kemudian memperbarui gambar virtual secara *real-time. Proses pembaruan yang sangat cepat ini menghasilkan *latensi rendah—keterlambatan yang sangat minim. Latensi rendah ini sangat vital; jika terdapat keterlambatan sekecil apa pun antara gerakan kepala dan pembaruan gambar, otak akan menerima sinyal yang bertentangan dengan apa yang dirasakan oleh telinga bagian dalam, yang pada akhirnya memicu gejala **mabuk perjalanan virtual (*VR sickness)*.

3. Komponen Sensorik Pelengkap

VR bukanlah sekadar visual; ia adalah pengalaman sensorik yang lengkap.

Audio spasial adalah komponen kunci lain yang membuat VR begitu meyakinkan. Headset VR modern menggunakan algoritma canggih untuk mensimulasikan dari mana suara berasal dalam lingkungan 3D; suara yang seharusnya datang dari kiri akan terdengar lebih keras di telinga kiri Anda, dan tingkat kenyaringan serta pantulan suara akan berubah seiring Anda mendekati atau menjauhi sumbernya. Ketika visual 3D yang meyakinkan didukung oleh audio 3D yang realistis, otak pengguna menjadi semakin yakin bahwa mereka telah mencapai kehadiran (*presence)—perasaan psikologis bahwa mereka benar-benar hadir di dunia virtual tersebut. Interaksi pengguna diselesaikan melalui *kontroler haptics yang memberikan umpan balik sentuhan saat pengguna mengambil objek atau menembakkan senjata, melengkapi ilusi dengan sensasi taktil. (*)

Pos terkait