Ferdy Sambo Ngotot Tak Ikut Tembak Brigadir J, Skenario untuk Selamatkan Bharada E

Ferdy Sambo menangis
Ferdy Sambo saat meminta maaf sembari menangis. (pikiran-rakyat.com)

Rasa panik itulah, kata Sambo, yang mendorong dia menyusun karangan cerita dengan cepat, lantas menembaki tembok supaya makin terlihat adanya tembak-menembak.

“Kemudian saya lihat senjata Yoshua di pinggang (Yoshua), dan (mengambil senjata itu lalu) mengarahkan tembakan ke dinding,” ucap Sambo.

“Setelah itu saya lihat ini harus ada bekas tembakan, kemudian saya ambil tangan Yoshua, dan menggenggam tangan Yoshua kemudian menggenggam senjata Yoshua tembak ke atas, dan setelah itu saya lap senjata Yosua dengan masker, kemudian saya letakkan di dekat Yosua,” tutur Sambo.

Hal itu menurut Sambo adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan Bharada E dari hukuman pidana, supaya dakwaan berubah jadi penembakan dengan alasan perlindungan diri.

“Karena di pengalaman dinas saya di Perkap 1/2009 tentang penggunaan senjata api itu, Yang Mulia, yang bisa menyelamatkan anggota dalam kontak tembak itu adalah dalam rangka melindungi diri sendiri dan orang lain,” kata dia.

Artinya, Sambo masih bertahan dengan keterangan bahwa dirinya tidak ikut menembak, meski telah dipatahkan berkali-kali oleh rekaman CCTV di pengadilan.

Dalam kasus kematian Brigadir J, Ferdy Sambo, bersama Putri Candrawathi, Richard Eliezer, Ricky Rizal, dan Kuat Maruf didakwa pasal pembunuhan berencana.

Kelima terdakwa dijerat dengan tepatnya dengan Pasal 340 KUHP subsider Pasal 338 KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.(tra)

Pos terkait