Bank Indonesia Pesimis soal Pertumbuhan Ekonomi, Sri Mulyani Buka Suara

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (Suara.com/Fadil)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (Suara.com/Fadil)

JAMBISERU.COM – Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2019 hanya akan tumbuh 5,05 persen. Hal ini jauh dari target pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 yang mematok pertumbuhan ekonomi di level 5,3 persen.

BACA JUGAUsai Dirudapaksa, Junaedi Selala Suruh Anaknya Peras Keringat ke Botol

Menanggapi hal ini Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah akan terus berupaya keras untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dengan instrumen utama APBN.

Bacaan Lainnya

“Instrumen dari APBN kan sifatnya adalah lebih kepada mendorong sektoral dan sesuai dengan prioritas. Kalau yang kita perkuat adalah industri manufaktur, terutama untuk ekspor, kita akan terus meningkatkan competitiveness dari industri tersebut,” kata Sri Mulyani saat ditemui di Kementerian Keuangan, Jakarta, dilansir dari laman Suara.com (media partner Jambiseru.com), Rabu (30/10/2019).

Secara umum kata Sri Mulyani, indikator ekonomi makro Indonesia cukup positif. Namun, sambung Sri Mulyani yang jadi kendala adalah SDM atau Sumber Daya Manusia.

“Competitiveness akan muncul dari berbagai aspek, masalah sumber daya manusia, buruh dalam hal ini, produktivitas mereka dan juga dari sisi skill mereka, competitiveness muncul dari efisiensi infrastruktur, sehingga cost of doing business menjadi jauh lebih kecil dan kompetitif,” paparnya.

Maka dari itu untuk membereskan hal itu semua, instrumen APBN menjadi sangat penting digunakan untuk memperbaiki kondisi yang ada.

“Competitiveness berasal dari birokrasi dan regulasi yang efisien, itu semuanya yang kita lakukan melalui instrumen APBN kita,” katanya.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut, ketidakpastian global jadi faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Keseluruhan tahun dan kuartal III 5,05 persen untuk 2019. Kemarin saya sampaikan kuartal III tapi kalau di jumlah keseluruhan tahun 2019 5,05 persen,” kata Perry saat ditemui di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (28/10/2019).

Kendati demikian, Perry tetap optimis dengan masa depan ekonomi Indonesia. Bahkan, lanjut dia, dengan pemerintahan yang baru ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,3 persen.

Untuk mencapai angka pertumbuhan itu, ia memiliki lima fokus yaitu pertama, mendorong ekonomi digital. Kedua, mencari pendapatan baru dengan mengembangkan kawasan manufaktur mulai dari otomotif hingga tekstil.

“Ketiga, terus melakukan transformasi ekonomi dengan pemangkasan izin investasi dan juga pengembangan infrastruktur untuk mendorong pengembangan kawasan ekonomi dan pariwisata,” tutur dia.

BACA JUGA : Kronologis Kecelakaan Maut yang Menewaskan Mahasiswa Muara Bulian

Kemudian, keempat terus menggalang kerjasama dengan berbagai negara, baik bilateral ataupun regional untuk mendorong perdagangan dan investasi. (ndy)

Pos terkait