17 Agustusan, Yuk Berburu Kuliner Legendaris di Kampoeng Legenda!

Nasi campur pedas khas Bali 'Made', kuliner legendaris dari Pulau Dewata di Kampoeng Legenda, Mal Ciputra Jakarta. (Suara.com/Ririn Indriani)
Nasi campur pedas khas Bali 'Made', kuliner legendaris dari Pulau Dewata di Kampoeng Legenda, Mal Ciputra Jakarta. (Suara.com/Ririn Indriani)

JAMBISERU.COM – Memeriahkan HUT RI ke-74 Mal Ciputra Jakarta kembali menghadirkan event kuliner bertajuk Kampoeng Legenda yang berlangsung sejak 7 hingga 18 Agustus 2019 di area Center Court, lantai Lower Ground Timur dan Utara.

BACA JUGABercelana Panjang, Ma’ruf Amin Tak Sarungan di Peringatan HUT RI

Tema kuliner diusung, karena Indonesia merupakan surga kuliner tradisional.

Bacaan Lainnya

Masing-masing daerah tidak saja memiliki makanan khas, tapi juga cerita menarik di balik lezatnya sajian.

Ferry Irianto General Manager Mal Ciputra Jakarta mengatakan bahwa Kampoeng Legenda yang digelar diperayaan HUT RI ke-74 ini mengangkat cita rasa autentik dari 34 provinsi di Indonesia yang dihadirkan langsung dari daerah asalnya yang tergabung dalam 80 stand kuliner legendaris.

Nasi Krawu Buk Tiban khas Gresik di Kampoeng Legenda, Mal Ciputra Jakarta. (Suara.com/Ririn Indriani)
Nasi Krawu Buk Tiban khas Gresik di Kampoeng Legenda, Mal Ciputra Jakarta. (Suara.com/Ririn Indriani)

 

“Menghadirkan kuliner legendaris langsung dari daerah asalnya bukanlah sesuatu yang mudah, perlu upaya yang ekstra untuk meyakinkan para pelaku bisnis kuliner yang sudah tidak diragukan kualitas kelezatan makanannya secara turun temurun diwariskan ke generasi berikutnya,” terang Ferry di Jakarta, belum lama ini.

Semua kuliner legendaris yang dikumpulkannya itu, lanjut dia, berhasil diwujudkan berkat kerja sama Mal Ciputra Jakarta dengan Jakarta Innovative & Interactive Solutions Communications (JIISCOMM).

Aneka Sum-sum dan bakso yang menggugah selera di Kampoeng Legenda, Mal Ciputra Jakarta. (Suara.com/Ririn Indriani)
Aneka Sum-sum dan bakso yang menggugah selera di Kampoeng Legenda, Mal Ciputra Jakarta. (Suara.com/Ririn Indriani)

 

“Kami mengumpulkan banyak kuliner legendaris di event ini untuk satu tujuan yang sama, yaitu melestarikan kuliner legendaris nusantara agar tak punah dan semakin dikenal masyarakat, terutama generasi muda. Cukup datang ke sini, pengunjung bisa mencicipi semua kuliner legendaris nusantara tanpa repot pergi ke daerah asalnya”, jelas Febriyanto Rachmat, Founder and Chief Executive Officer kepada Suara.com (media partner Jambiseru.com), belum lama ini.

Yang menarik, Kampoeng Legenda tahun ke-6 yang menampilkan konsep dekorasi minimalis, sehingga memudahkan dan memberi kenyamanan bagi pengunjung saat menikmati makanannya ini, juga mengkampanyekan ‘Buang Sampah Sendiri’ kepada pengunjung agar membiasakan melakukan kebaikan dari hal sekecil apapun.

Kampoeng Legenda di Mal Ciputra Jakarta dipadati pengunjung. (Foto: Dok. Mal Ciputra Jakarta)
Kampoeng Legenda di Mal Ciputra Jakarta dipadati pengunjung. (Foto: Dok. Mal Ciputra Jakarta)

“Dengan membuang sampah bekas makan dan sisa makanan ke tempat sampah terdekat yang sudah disediakan, diharapkan pengunjung dapat mendukung untuk meringankan tenaga petugas kebersihan dan tentunya untuk menjaga kenyamanan dan kebersihan bersama”, ujar Febriyanto.

Ia juga mengemukakan bahwa ciri khas dan cerita unik yang melatarbelakangi kelahiran kuliner menjadi sorotan utama pada event ini.

Febriyanto mengatakan 80 stan kuliner legendaris yang dapat dicicipi pengunjung di Kampoeng Legenda Mal Ciputra Jakarta, antara lain, dari Payakumbuh (Sumatera Barat) ada Sate Padang Betbur Danguang Danguang (1989), Es Durian Iko Gantinyo.

Untuk kuliner legendaris dari Surabaya, ada Nasi Krawu Buk Tiban Khas Gresik (1970), Depot Nasi Campur Pojok Tambak Bayan (1971), dan Sambal Bu Rudi (2000).

Solo, kuliner yang legendaris, ada Tengkleng Rica Rica Kambing Pak Manto (1990) Nasi Liwet Bu Wongso Lemu Asli (1950) . Kalau Madura, ada Bebek Sinjay Asli Bangkalan Madura (2000).

Nah, untuk kuliner legendaris Semarang ada Asem-Asem Koh Liem (1978), Toko Oen Semarang (1930), Pisang Plenet Mbah Toerdi Jalan Pemuda (1952), Warung Makan Mangut Manyung Bu Fat (1969).

“Dari Bangka ada Otak-otak Ase, Yogyakarta ada Gudeg Yu Djum (1951), Bale Raos (2003), dan masih banyak lagi kuliner legendaris lainnya dari berbagai daerah,” imbuhnya.

BACA JUGA : Prabowo: Pindah Ibu Kota Sudah Lama Diperjuangkan Gerindra

Jadi, bagi Anda yang belum punya rencana atau masih bingung ingin jalan-jalan ke mana bersama keluarga tercinta di akhir pekan ini, Kampoeng Legenda bisa menjadi pilihan menarik untuk wisata kuliner. Yuk, buruan datang karena Kampoeng Legenda berlangsung hingga Minggu (18/8/2019). (ndy)

Pos terkait