Fenomena Langka, Salju di Gurun Sahara Hingga Suhu Minus di Arab Saudi

Salju di Gurun Sahara
Fenomena Langka, Salju di Gurun Sahara. Foto : Istimewa

Jambiseru.com – Fenomena langka tengah terjadi di dunia. Salju turun di Gurun Sahara dan suhu Arab Saudi Minus 2 derajat celcius. Dua fenomena langka ini, tidak pernah ada sebelumnya. Karena biasanya salju tidak pernah turun di bulan Januari.

Berita Jambiseru[dot]com LainnyaLima Peluru Bersarang di Dada Haji Permata, Pengusaha Kepri yang Tewas Tertembak

Adanya fenomena langka ini berhasil diabadikan oleh seorang fotografer bernama Karim Bouchetata. Dalam fotonya, ia menunjukkan fenomena langka di Gurun Sahara yang diselimuti es. Hamparan pasir di gurun yang berwarna kuning, berpadu dengan warna salju yang putih. Pemandangan langka ini menciptakan keindahan yang belum pernah ada.

Bacaan Lainnya

Seperti diketahui, Gurun Sahara ini membentang mulai dari sebagian besar wilayah Afrika utara. Memang iklim di Gurun Sahara dalam beberapa tahun terakhir telah mulai mengalami perubahan suhu. Selain itu, kelembapannya juga mengalami perubahan, berbeda dengan beberapa ratus ribu tahun terakhir. Meski wilayah Sahara sangat kering, peneliti memprediksi dalam waktu 15.000 tahun, Sahara akan kembali hijau.

Salju juga turun di Ain Sefra, sebuah gurun di Aljazair. Suhu di sana bahkan turun hingga minus 3 derajat Celsius pada Rabu (13/1/2021). Ain Sefra dikenal sebagai The Gateway to the Desert, berada sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut, dikelilingi oleh pegunungan Atlas.

Sementara di Arab Saudi, orang-orang berbondong-bondong pergi ke tengah gurun di wilayah Aseer untuk melihat pemandangan langka seperti di Sahara. Penduduk di sana menumpahkan kegembiraannya dengan bermain di atas salju yang turun di Aseer, di mana pegunungan dan gurun diselimuti warna putih.

Sudah setengah abad lamanya Arab Saudi mengalami penurunan suhu drastis, mencapai minus 2 derajat Celsius. Ini tak lain karena perubahan iklim dan pemanasan global yang melanda seluruh dunia.

Perubahan iklim telah berdampak pada sejumlah aspek kehidupan, menciptakan bencana mulai dari kenaikan suhu air laut akibat es di Kutub Selatan dan Utara mencair, kenaikan suhu global sehingga menciptakan gelombang panas di beberapa negara hingga berdampak pada kebakaran hutan dan rusaknya habitat makhluk hidup.
Pada awal tahun 2020, misalnya, kebakaran hutan yang hebat melanda Australia bagian timur. Selang beberapa bulan, wilayah California, AS, juga mengalami kebakaran hutan yang serupa. Sementara itu, wilayah Arktik mengalami suhu yang mencengangkan di atas rata-rata berkat kebakaran hutan, yang menurut pemerintah Rusia, disebabkan oknum tak bertanggung jawab untuk menutupi penebangan hutan secara ilegal.

“Tahun ini telah menjadi contoh yang sangat mencolok tentang bagaimana rasanya hidup di bawah beberapa efek perubahan iklim yang paling parah yang telah kami prediksi,” kata Lesley Ott, ahli meteorologi penelitian di NASA.

Berita Jambiseru[dot]com LainnyaViral! Video Diduga Pasien COVID-19 Mesum di Ruang Isolasi

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, mengatakan bahwa kita sedang menuju bencana “kenaikan suhu 3-5C abad ini,”. “Berdamai dengan alam adalah tugas penting di abad ke-21. Ini harus menjadi prioritas utama untuk semua orang, di mana saja,” kata dia. (tra)

Sumber : Kumparan.com

Pos terkait