Sriwijaya Air Diperkirakan Jatuh dengan Moncong Hantam Laut, Kecepatan 200 Km/Jam

Daftar Nama Penumpang Sriwijaya Air
Ilustrasi pesawat jatuh. (Shutterstock)

Jambiseru.com – Pesawat Sriwijaya Air jatuh ke laut di kawasan Kepulauan Seribu, Jakarta. Diperkirakan Sriwijaya Air jatuh di sekitar Pulau Laki dengan moncong menghantam laut pada kecepatan 200Km/Jam.

Dengan melihat kondisi cuaca saat pesawat Sriwijaya Air jatuh pada Sabtu (9/1/2021) pukul 14.40 WIB, menurut pengamat atmosfer dan meteorologi dari STMKG, Deni Septiadi, berdasarkan data satelit di sekitar Cengkareng terdapat Awan Cumulonimbus (Cb) dengan radius bentangan awan sekitar 15 km dan suhu puncak awan mencapai-70 °C.

Berita Jambiseru[dot]com LainnyaBagian Tubuh Diduga Penumpang Sriwijaya Air yang Jatuh Ditemukan

Bacaan Lainnya

“Ini mengindikasikan labil tinggi dan pesawat pasti mengalami turbulen kuat ketika melewatinya,” kata Deni, Minggu (10/1).

Deni menjelaskan, data observasi BMKG Cengkareng juga menunjukkan curah hujan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dengan jarak pandang (visibility) yang hanya 2 km meskipun layak untuk take off maupun landing.

“Arah angin di sekitar pesawat hilang dari level permukaan (1000 hpa) persisten dari Barat Laut, kemudian pada ketinggian 3000 m (700 hpa) persisten dari Barat Daya. Artinya dari sisi angin sebenarnya tidak memiliki indikasi cross wind yang berarti,” beber dia.

Deni lalu menganalisis kondisi pesawat ketika itu. Berdasarkan data yang didapat dari FlightRadar24, pada pukul 14.38 WIB pesawat sudah lepas landas dengan kecepatan 230-248 knot (426-459 km/jam) dan ketinggian 5680-7993 kaki (1.7-2.4 km).

Kemudian, lanjut Deni, pada pukul 14.39 WIB kecepatan meningkat menjadi 268-285 knot (496-528 km/jam) dengan ketinggian jelajah 9175-10667 kaki (2.8-3.3 km).

“Namun kemudian petaka 1 menit kemudian terjadi, pesawat sepertinya mengalami Stall akibat gagal climb yaitu daya angkat (lift) kurang diindikasikan dengan penurunan ketinggian ekstrem menjadi 250 kaki (76 m). Dalam 1 menit ketinggian pesawat dari yang tadinya 3.3 km menjadi 76 m,” urai dia.

Deni membeberkan, beberapa hal yang memungkinkan pesawat stall secara ekstrem dalam 1 menit adalah pesawat tidak memiliki daya angkat kemungkinan akibat gagal mesin.

“Sementara cuaca buruk atau adanya sel Cb juga mempengaruhi kondisi aerodinamis akibat turbulensi sehingga mengganggu dan mempengaruhi performa pesawat dan dapat mengarah pada gagal mesin. Posisi dan kemiringan pesawat terhadap aliran angin juga dapat mengarah pada posisi stall,” jelas dia.

Lalu bagaimana dengan petir?

“Dengan adanya kumpulan Cb dan suhu puncak awan mencapai-70 °C, petir tentu menjadi hal yang perlu dikhawatirkan. Namun dengan teknologi sekarang ini baik pesawat pabrikan Boeing maupun Airbus body pesawat terdiri dari komposit dan memiliki static discharge yang akan mengalirkan arus berlebih petir melalui sayap dan ekor pesawat sebagaimana efek Faraday. Pesawat akan mengalami gangguan kelistrikan apabila arus petir dapat masuk ke dalam sistem pesawat namun secara teori masih bisa glading (melayang) meskipun mesin dalam keadaan mati,” urai dia.

Berita Jambiseru[dot]com LainnyaIstri dan 3 Anak dalam Pesawat Sriwijaya Air yang jatuh, Suami Menangis Histeris

Pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 tujuan Jakarta-Pontianak, dinyatakan hilang setelah lepas landas (take off) dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng pada Sabtu (9/1) pukul 14.36 WIB. Berdasarkan manifes penumpang, pesawat ini membawa 56 orang penumpang, dengan rincian 46 orang dewasa, 7 orang anak, dan 3 bayi. Pesawat nahas tersebut juga membawa 6 kru, yakni 1 pilot, 1 kopilot, dan 4 pramugari. (esa)

Sumber : Kumparan.com

Pos terkait